Sunday, December 26, 2010

Percaya saja dan Mujizat terjadi!

Shalom, minggu ini adalah minggu terakhir di tahun 2010, dan kita baru saja merayakan hari Natal pada minggu yang lalu. Ada 2 hal yang perlu kita lakukan di penghujung tahun 2010 ini,
Pertama, renungkanlah apa saja yang sudah kita kerjakan sepanjang tahun 2010 yang sebentar akan berlalu, dan apa saja janji Tuhan yang sudah digenapi dalam hidup kita.
Kedua, memasuki tahun 2011 marilah kita memandang ke depan, memandang pada Kristus Yesus... melihat apa yang dijanjikan-Nya untuk kita di tahun yang akan datang, dan bagaimana kita bisa meraih janji-Nya itu.

Tahun 2010 adalah Tahun Pemulihan dan Kelimpahan, pemulihan yang kita terima bukan hanya soal materi tapi yang lebih penting lagi adalah pemulihan rohani, jika rohani dipulihkan maka materi akan mengikutinya, jika kita mengikut Tuhan maka berkat yang akan mengikuti kita... Pemulihan bukan berarti di tahun ini dosa kita sudah berkurang (he..he...), yang benar harusnya kita tidak lagi berbuat berdosa karena ada pertobatan...sehingga hidup kita pun dipulihkan. Bicara kelimpahan juga bukan hanya soal materi, yang lebih penting adalah kelimpahan dalam hal rohani, kelimpahan rohani berarti ada damai dan sejahtera dalam hidup kita.

Untuk tahun depan, Tuhan memberikan janji-Nya melalui Gembala Pembina: Tahun 2011 adalah Tahun Multiplikasi dan Promosi artinya di tahun 2011, kita akan mengalami pelipatgandaan dan promosi dari Tuhan. Yang dilipatgandakan adalah hal rohani dan tentu saja diikuti pula dengan hal jasmani; promosi juga akan terjadi baik secara rohani dan jasmani. Akan ada kenaikan tingkat dan pelipatgandaan berkat bagi anak-anak Tuhan.

Bagaimana caranya agar janji Tuhan (dan mujizat) tergenapi dalam hidup kita? Penggenapannya tergantung dari respon kita:
  1. Kita harus siap menerima janji Tuhan,
  2. Tetap percaya pada janji Tuhan (apapun yang terjadi).

Apa yang dimaksud dengan siap menerima janji Tuhan?
Siap disini berarti kehidupan kita sebagai anak Tuhan sudah dipersembahkan bagi kemuliaan-Nya sehingga layak di hadapan-Nya, kita lihat dalam Lukas 1:5-6 mengenai kehidupan Zakharia dan istrinya... "Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat."

Alkitab mencatat bahwa Zakharia dan istrinya adalah orang yang hidup benar dan tidak bercacat di mata Allah, mereka melakukan semua perintah dan ketetapan Tuhan! Pertanyaan yang penting bagi kita semua: Sudahkah kita melakukan hal itu dalam kehidupan kita?

Berikutnya perhatikan dalam Lukas 1:7 "Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya." Walaupun seseorang sudah hidup benar dan tak bercacat di mata Tuhan, bukan berarti orang tersebut akan bebas dari segala persoalan dalam dunia ini, justru melalui persoalan yang ada dalam hidupnya... Tuhan akan memakai hal itu untuk menunjukkan kuasa dan mujizat-Nya melalui penggenapan setiap janji-Nya dalam kehidupannya, sehingga hal itu menjadi kesaksian dan berkat pula bagi yang lain!

Jadi yang pertama, siap itu berarti: hidup benar dan tak bercacat di mata Tuhan.

Yang kedua, perhatikan dalam ayat 5 diatas, Zakharia dan istrinya bukan hanya hidup benar, mereka juga keturunan Harun, seorang imam; berarti mereka juga mempersembahkan hidup dan waktu untuk melayani pekerjaan Tuhan di dunia ini. Tuhan menciptakan kita di dunia bukan hanya untuk menikmati berkat-berkat-Nya tapi lebih dari itu ada misi yang diberikan-Nya pada kita untuk diselesaikan bagi kemuliaan-Nya. Apakah kita sudah tahu dan mengerti apa tujuan hidup kita di dunia ini? Jika sudah maka lakukanlah itu bagi kemuliaan-Nya, jika belum maka tanyakanlah pada Tuhan Pencipta kita, apa tujuan-Nya menjadikan kita hidup dalam dunia ini? Dan Dia pasti akan menjawabnya.

Lalu kita lanjutkan dalam Lukas 1:11-13 "Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan. Melihat hal itu ia terkejut dan menjadi takut. Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes." Hal ketiga yang Zakharia dan istrinya lakukan sehingga siap menerima janji Tuhan adalah tekun berdoa sampai doanya dijawab oleh Tuhan.

Bayangkan, saat doa Zakharia dan Elisabet dijawab, mereka berdua sudah dalam usia lanjut (ayat 7), misalkan saja usia mereka saat itu 60 tahun, dan mereka berdoa minta anak sejak usia 35 tahun, artinya mereka telah tekun berdoa selama 25 tahun! Bukan waktu yang sebentar tapi mereka mau tekun dan tetap setia berdoa...

Dan tepat pada waktu-Nya (anak Zakharia & Elisabet yaitu Yohanes Pembaptis memang harus lahir lebih dulu dari Yesus, demi misi mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan ke dunia), Tuhan menjawab doa mereka, memberikan janji-Nya dan mujizat-Nya (bisa punya anak dalam keadaan mandul dan usia lanjut... tentu suatu mujizat bukan). Itulah respon pertama yang harus kita miliki jika mau menerima janji dan mujizat Tuhan di tahun 2011.

Respon kedua yang harus kita lakukan adalah tetap percaya pada janji Tuhan (apapun yang terjadi)! Percaya kelihatan lebih mudah jika kita sebelumnya pernah melihat, mendengar kesaksian ataupun mengalami sendiri (tapi yang Tuhan mau bukan hanya percaya karena pernah melihat melainkan percaya karena iman); walaupun itu bukan jaminan kita akan tetap percaya saat janji Tuhan diberikan dalam hidup kita... seperti yang dilakukan Zakharia, respon pertamanya sudah benar namun respon berikutnya masih belum benar. Perhatikan dalam Lukas 1:18 Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: "Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya." Dari ayat ini kita bisa mengerti bahwa Zakharia menyangsikan janji Tuhan, dia tidak percaya sepenuhnya karena dalam pikirannya dia beranggapan tidak mungkin seorang yang sudah tua dan lanjut umur bisa hamil dan melahirkan anak.

Respon Zakharia saat janji dan mujizat Tuhan disampaikan kepadanya sungguh ironis dengan responnya yang pertama, apa yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa dia siap tapi saat janji mujizat diberikan dia malah tidak percaya... Doa dan pengharapan selama berpuluh-puluh tahun dilakukannya tapi saat dijawab malah sangsi... Sebagai orang Yahudi dan seorang imam, Zakharia pasti mengerti Firman Tuhan dan hapal isi kitab Taurat dimana ada tertulis kisah hidup Abraham dan Sarah yang juga dikaruniai anak yang Tuhan janjikan yaitu Ishak, pada usia tua dan lanjut; ada pengalaman rohani atau kesaksian hidup dari leluhurnya yang mirip dengan mujizat yang Tuhan janjikan kepada Zakharia... sehingga seharusnya karena hal itu sudah pernah Tuhan lakukan sebelumnya, tentunya lebih mudah bagi Zakharia untuk percaya, TAPI dia tetap saja tidak percaya sepenuhnya... Bagaimana mungkin hal itu akan terjadi? pikirnya...

Dan karena respon Zakharia yang tidak percaya, di ayat 20, Tuhan memberikan hukuman kepadanya: "Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya." Janji dan mujizat Tuhan tetap terjadi bagi Zakharia tapi juga ada hukuman baginya karena kurang percaya...

Jadi bagaimana respon yang benar?
Mari kita lihat dalam Lukas 1:30-35 & 38, dikisahkan bahwa malaikat Tuhan menyampaikan pesan pada Maria bahwa oleh kasih karunia Tuhan, Maria akan mengandung bayi Yesus, dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Maria juga sempat bertanya pada malaikat Tuhan, tapi pertanyaan Maria bukanlah suatu kesangsian namun suatu kewajaran... Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."

Perhatikan respon Maria setelah mendengar hal itu, di ayat 38: Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia. Bukanlah suatu hal yang mudah untuk bisa percaya pada perkataan malaikat itu, Maria bisa percaya bahwa yang berbicara padanya benar-benar malaikat Tuhan (bukan iblis) karena hidupnya bergaul intim dengan Tuhan sehingga punya kepekaan untuk membedakan roh. Yang lebih dahsyatnya lagi, Maria yang saat itu belum menikah dengan Yusuf tunangannya, tiba-tiba menerima janji mujizat-Nya bahwa dia harus hamil... dia tahu apa konsekuensi yang akan diterimanya (hukum Taurat bagi wanita yang hamil diluar nikah = dosa perzinahan, adalah dirajam sampai mati), belum lagi Yusuf tunangannya pasti akan menolak menikahinya. Namun Maria tetap percaya pada janji Tuhan apapun yang akan terjadi!

Saat itu Yusuf belum tahu kisah yang terjadi dibalik hamilnya Maria, dan baru diberitahu oleh malaikat Tuhan kemudian, lihat dalam Matius 1:18-21. Respon Yusuf setelah mendengar hal itu sama dengan Maria, yaitu percaya pada janji Tuhan, padahal tidak mudah bagi seorang pria mendapati calon istrinya sudah hamil tanpa menikah sebelumnya dengan dirinya... Sebagai catatan: janji mujizat ini belum pernah terjadi sebelumnya, tidak pernah ada pengalaman atau kesaksian hidup sebelumnya dari tokoh Alkitab... Beda dengan mujizat yang dijanjikan pada Zakharia yang walaupun mustahil tapi pernah Tuhan lakukan sebelumnya, bagi Abraham, contohnya. Tapi wanita yang mengandung tanpa persetubuhan melainkan oleh benih Roh Kudus hanya terjadi satu kali ini saja, dan respon Maria serta Yusuf TETAP PERCAYA APAPUN YANG TERJADI! Dan hasilnya: inilah MUJIZAT TERBESAR yang pernah Tuhan Allah kerjakan bagi umat manusia! Yohanes 1:14: Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Tahun 2011 adalah Tahun Multiplikasi dan Promosi, apakah kita siap menerimanya? Apakah kita percaya pada janji-Nya? Jika ya, marilah kita hidup benar di hadapan-Nya, melayani tujuan-Nya, dan senantiasa berharap pada Tuhan serta tetap percaya kepada-Nya... setiap janji-Nya, setiap mujizat-Nya pasti terjadi!

Saat ku tak melihat jalan-Mu
Saat ku tak mengerti rencana-Mu
Namun tetap kupegang janji-Mu
Pengharapanku hanya pada-Mu...

Hatiku percaya, hatiku percaya
Hatiku percaya, selalu kupercaya...


Tuhan memberkati!

Friday, December 17, 2010

A Story Behind Christmas

Lukas 1:5-47, 56-60

Pembahasan firman dalam Injil Lukas ini sangat menarik karena ada sebuah kisah yang bisa disingkapkan yang berhubungan dengan kelahiran Yesus. Ayat 5 ini bercerita tentang Zakharia yang adalah seorang imam dari rombongan Abia (NIV: who belonged to priestly division of Abijah = anggota dari imam divisi Abia).

Bagi kita yang tidak akrab dengan adat istiadat Yahudi, kita perlu mengetahui bagaimana caranya imam-imam Bait Allah bertugas. Menurut 1 Tawarikh 24:7-19, ada 24 rombongan (divisi) imam, dimana salah satunya adalah rombongan Abia. Setiap imam yang ada ditugaskan ke dalam salah satu rombongan tersebut. Masing-masing rombongan bertugas selama satu minggu, dalam setahun mereka mendapat giliran melayani di Bait Allah sebanyak dua kali. Saat ada hari raya, maka ke-24 rombongan akan bertugas bersama-sama.

1 Tawarikh 24:10: ...yang kedelapan pada Abia, Zakharia ada dalam rombongan Abia, sedangkan Abia adalah rombongan imam kedelapan. Karena rombongan imam mulai melayani di Bait Allah sejak bulan Nisan (Maret-April) sebagai awal upacara keagamaan, dan ada beberapa Perayaan/Hari Raya yaitu Paskah (14 Nisan), Roti Tak Beragi (15-21 Nisan), Buah Sulung (16 Nisan), dan Pentakosta (6 Sivan) dan maka jadwal pelayanan tahunan rombongan Abia jatuh pada tanggal 12-18 Sivan (sekitar tanggal 13-19 Juni).

Ayat 8-13: Gabriel memberitakan tentang Yohanes Pembaptis kepada Zakharia. Karena Gabriel berbicara saat Zakharia sedang melayani di Bait Allah maka berita itu diterima Zakharia antara tanggal 13-19 Juni pada tahun 5 SM, dimana Herodes menjadi raja Yudea pada waktu itu.

Selanjutnya pada ayat 23-24: setelah melayani, Zakharia pulang ke rumahnya, lalu istrinya, Elisabet mengandung dan setelah itu selama 5 bulan ia bersembunyi.

Hari terakhir pelayanan Zakharia di Bait Allah sebelum dia kembali ke rumah adalah hari Sabat (19 Sivan), karena hari Sabat maka dia tidak bisa meninggalkan Yerusalem sebelum tanggal 20 yaitu keesokan harinya. Sedangkan rumah Zakharia diperkirakan oleh kebanyakan sarjana Alkitab terletak di Juttah, yang merupakan kota dimana imam-imam Lewi tinggal. Juttah berjarak sekitar 30 mil selatan Yerusalem. Pada jaman itu transportasi yang ada hanyalah dengan berjalan kaki atau naik kuda/keledai. Zakharia baru bisa meninggalkan Yerusalem pada tanggal 20 Sivan, lalu pulang ke rumahnya, diperkirakan dia butuh sekitar 2 hari untuk sampai di rumah dan istirahat (ingat... usia Zakharia sudah tua, ayat 18), sehingga kemungkinan konsepsi (pembuahan) Yohanes Pembaptis terjadi sekitar tanggal 23 Sivan (24 Juni).

Kemudian pada ayat 26: Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel ke Nazaret membawa berita bagi seorang perawan bernama Maria. Lalu ayat 36: Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Perhatikan kedua ayat ini, saat Tuhan menyuruh malaikat Gabriel membawa kabar pada Maria, Elisabet sudah mengandung 6 bulan.

Kemudian kita lanjutkan dalam ayat 39-44: Maria mengunjungi Elisabet, saat itu Maria sudah mengandung bayi Yesus, perhatikan ayat 41-44: Bayi Yohanes Pembaptis, yang berada di rahim ibunya, Elisabet, melonjak ketika Yesus yang dalam rahim Maria masuk ke dalam rumah...Luar biasa!

Mari kita ringkas semuanya dan kembali ke perhitungan waktu,
  • Kemungkinan pembuahan Yohanes terjadi pada tanggal 23 Sivan (24 Juni), 5 SM kemudian setelah itu ayat 26 dan 36 mencatat bahwa Elisabet sudah hamil 6 bulan yang berarti saat itu adalah bulan Juni plus enam bulan yaitu bulan Desember,
  • Lalu ayat 39 mencatat: beberapa waktu kemudian Maria mengunjunginya (berarti waktu kunjungannya adalah di bulan Desember) dan saat itu Maria sudah mengandung bayi Yesus.
Perhatikanlah... bulan Desember... Kita tahu pasti bahwa itu bulan Desember karena Lukas mencatat bahwa konsepsi Tuhan Yesus adalah 6 bulan setelah konsepsi Yohanes Pembaptis (ayat 26 dan 36), sedangkan konsepsi Yohanes diperkirakan pada tanggal 24 Juni. Oleh karena itu, hanya soal perhitungan sederhana bahwa tanggal konsepsi (pembuahan) bayi Yesus jatuh pada tanggal 1 Tevet (25 Desember).

Jadi, Yesus memang TIDAK LAHIR di Hari Natal tanggal 25 Desember, tapi konsepsi-Nya terjadi pada Hari Natal! Bahwa kemungkinan konsepsi Yesus (Yesus sudah ada dalam kandungan) pada tanggal 25 Desember benar-benar luar biasa! Kita tahu bahwa 25 Desember sebenarnya hari libur dan festival pagan (hari ulang tahun dewa palsu) jauh sebelum masa Yesus, yang kemudian diadopsi oleh gereja pada masa kaisar Romawi, Konstantinus, dan dijadikan hari Natal.

Tapi, melihat semua penjelasan diatas... sekarang kita punya alasan untuk merayakan Natal dengan sukacita, sebab kita tahu sekarang bahwa Natal adalah hari yang sangat istimewa dan luar biasa, karena itu adalah hari pertama dimana hidup-Nya sebagai manusia datang ke dunia! Natal adalah hari konsepsi-Nya, dan pada saat itupun Yesus adalah manusia janin yang hidup (bukan gumpalan jaringan, tetapi nyata hidup) dalam rahim Maria!

Mungkin ada yang berpikir bahwa semua penjelasan diatas hanyalah perkiraan, tapi itu semua bukanlah suatu kebetulan, karena dalam Tuhan tidak ada yang kebetulan, ada hal-hal lain yang membuktikan kalau Tuhan merancangkan segala sesuatu tepat pada waktu-Nya!

Mari kita teruskan karena ini masih belum selesai...
Ayat 56-57: Maria (dan bayi Yesus dalam rahimnya) tinggal bersama Elisabet selama 3 bulan, lalu mereka kembali ke rumahnya dan setelah itu Yohanes Pembaptis pun lahir.

Karena konsepsi Yohanes diperkirakan pada tanggal 23 Sivan (24 Juni, 5 SM), maka Yohanes Pembaptis diperkirakan lahir antara pertengahan bulan Nisan, sekitar tanggal 14-15 Nisan, dimana umat Yahudi merayakan Hari Raya Paskah, tahukah anda... setiap Perayaan Paskah ada Jamuan Seder Pesakh, apa pentingnya hal itu? Dalam jamuan tersebut disediakan 5 cawan, dan 1 dari 5 cawan itu (disebut cawan Elia) memang dipersiapkan khusus bagi Elia yang akan datang! Perhatikan apa yang dikatakan malaikat Gabriel tentang Yohanes Pembaptis di ayat 17: ia (Yohanes Pembaptis) akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia, lalu apa yang dikatakan Yesus tentang Yohanes Pembaptis di Matius 17:12: Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang... lalu ayat 13: Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.

Luar biasa! Yohanes Pembaptis adalah Elia yang akan datang dan dia lahir di saat umat Yahudi merayakan Paskah... dimana memang disiapkan cawan Elia yang diperuntukkan khusus bagi menyambutnya!

Nah apakah sekarang kita sudah selesai? Belum! Karena masih ada satu hal yang lebih luar biasa lagi... mari kita teruskan, dari pembahasan diatas diperkirakan konsepsi Yesus jatuh pada tanggal 25 Desember, 5 SM, setelah sekitar 9 bulan dalam kandungan Maria, maka Yesus diperkirakan lahir pada pertengahan bulan Tisri, sekitar tanggal 15 Tisri (29 September, 4 SM).

Lalu apa istimewanya hal ini? Ada apa tentang 15 Tisri? Tanggal 15 Tisri adalah hari pertama dari Perayaan Pondok Daun dan penyunatan Yesus (saat bayi usia 8 hari, yaitu sama dengan hari kedelapan) adalah hari terakhir dari Perayaan Besar Pondok Daun (Hari Pertemuan Kudus–Holy Convocation, Imamat 23:36)... Luar biasa bukan!

Tahukah anda apa maknanya Yesus lahir bertepatan dengan Hari Raya Pondok Daun?
Yohanes 1:14 mencatat: Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Firman itu (= Tuhan Yesus) telah menjadi manusia, dan diam (= tabernacled, berkemah) di antara kita...

Tuhan Yesus lahir ke dunia, menjadi manusia, artinya: berdiam, tinggal (= tabernacled), berkemah dengan kita, bersamaan dengan dirayakannya Hari Raya Pondok Daun (Sukkot) yang juga disebut Festival Tabernakel/Kemah Suci (Feast of Tabernacles)!

Suatu kebetulankah?? TAPI kita tahu tidak ada yang kebetulan di dalam Tuhan... semua hal ada dalam rencana-Nya. Terpujilah Tuhan Allah kita dari kekal hingga kekal... selama-lamanya!

Sunday, December 5, 2010

Hamba yang tidak mau Mengampuni

Matius 18:21-35

Ayat 21, Petrus bertanya: sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?, kenapa Petrus bertanya berapa kali? Dan kenapa dia menanyakan apakah cukup sampai 7 kali?

Tradisi Yahudi mengajarkan bahwa suatu kesalahan yang sama hanya bisa diampuni sebanyak 3 kali. Bahkan di jaman sekarang ini pun kita sering mendengar peraturan baik tertulis ataupun tidak, bahwa untuk suatu kesalahan diberikan toleransi hingga 3 kali (contoh: dalam dunia pekerjaan, umumnya, Surat Peringatan diberikan maksimal 3 kali).

Apa yang Petrus tanyakan: sampai 7 kali? berarti menunjukkan responnya yang berusaha untuk lebih baik daripada aturan yang biasanya berlaku umum, dengan kata lain pertanyaan Petrus bisa diartikan: Apakah cukup jika saya sudah mengampuninya lebih banyak dari yang dilakukan oleh orang lain atau tradisi atau umumnya?

Namun Tuhan Yesus tidak melihat hal pengampunan seperti kita melihatnya... Pengampunan bukan soal berapa kali mengampuni, karena itu Yesus memberikan jawaban yang berbeda: Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Bagi Yesus, mengampuni adalah sikap hati. Jumlah perkalian yang Yesus katakan bukan menunjuk pada jumlah angka pengampunan tertentu. Dengan jawaban itu, Yesus ingin menekankan bahwa anak Tuhan harus bisa mengampuni terus menerus, dengan tidak terbatas atau dengan kata lain: mengampuni adalah gaya hidup anak Tuhan.

Pertanyaan buat kita semua: Bisakah kita bisa mengampuni kesalahan orang lain secara tidak terbatas?

Mari kita lihat apa latar belakang Petrus menanyakan soal mengampuni ini, perhatikan kembali ayat 21, Petrus bertanya dengan memberi contoh: sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Garis bawahi kata saudaraku (KJV: my brother).

Disakiti oleh orang yang dekat dengan kita, seperti: suami/istri atau orangtua atau anak atau saudara atau sahabat tentunya terasa jauh lebih sakit daripada jika hal itu dilakukan oleh orang lain. Tuhan Yesus mengerti hal itu tapi Dia malah mengatakan agar kita mengampuni sampai tidak terbatas. Padahal kelihatannya untuk mengampuni seseorang hingga tidak terbatas itu bagaikan mimpi, sesuatu yang tidak masuk akal.

Secara manusiawi memang tidak mudah untuk bisa mengampuni, apalagi terus menerus hingga tidak terbatas seperti yang Tuhan perintahkan. Tapi jika Yesus sampai memerintahkan dan menekankan hal ini berarti itu adalah kehendak-Nya dalam hal mengampuni; dan artinya kita bisa melakukannya (walaupun tidak mudah..hehe..). Biasanya yang jadi hambatan dalam melaksanakan kehendak Tuhan adalah sikap hati kita; memilih antara mau taat atau tidak?

Agar kita mengerti dan bisa melakukan kehendak-Nya, Tuhan Yesus memberikan perumpamaan-Nya dalam ayat 23-34.

Ayat 24-25, ada seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta, hutang 10.000 talenta adalah jumlah yang sangat-sangat besar. Sebagai perbandingan, upah 1 tahun adalah 300 dinar, 1 talenta = 6000 dinar, jadi untuk mendapatkan 1 talenta orang harus bekerja selama 20 tahun, untuk 10.000 talenta berarti bekerja selama 200.000 tahun. Bayangkan harus bekerja 200.000 tahun baru bisa melunasi hutang tersebut. Ini tentu saja mustahil! Bahkan jika orang itu dibantu isteri dan dua anak sekalipun maka mereka masih harus bekerja selama 50.000 tahun barulah hutang itu lunas! Benar-benar mustahil... karena umur manusia tidak akan mungkin mencapai puluhan ribu tahun.

Ayat 26-27, setelah hamba itu memohon ampun, sang raja akhirnya berbelas kasihan dan menghapuskan hutangnya yang mustahil untuk dibayar oleh hamba itu. Kisah ini menggambarkan kehidupan kita yang tadinya sebagai orang berdosa dan tidak bisa lepas dari akibat dosa itu = kematian kekal (sesuatu yang mustahil seperti melunasi hutang 10.000 talenta dengan bekerja 200.000 tahun) dan hanya pengampunan/penebusan dari Tuhan Yesus (sang Raja) yang bisa menyelamatkan/membebaskan kita dari dosa itu.

Kita lanjutkan dalam ayat 28, setelah menerima pengampunan yang tidak terkira besarnya, hamba itu lalu bertemu dengan hamba lain yang berhutang kepadanya sebesar 100 dinar. Jumlah yang lumayan besar karena sama dengan upah kerja 100 hari (tapi jelas, sangat-sangat kecil dibandingkan hutang 10.000 talenta hamba itu pada sang raja), karena itu ia memaksa kawannya untuk membayar hutangnya bahkan sampai menangkap dan mencekiknya.

Perhatikan ayat 29: Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Kawannya itu memohon pengampunan sama seperti yang hamba itu lakukan sebelumnya di hadapan sang raja... Tapi apa respon hamba itu? Ayat 30: Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Hamba itu tidak mau mengampuni kawannya bahkan memasukkannya ke dalam penjara.

Apa kesimpulan kita untuk orang seperti hamba itu?
  • Bukankah hamba itu seorang yang tidak tahu diuntung?
    Hutangnya 10.000 talenta diampuni, tapi sulit mengampuni hutang kawannya yang hanya 100 dinar.

  • Bukankah hamba itu seorang yang tidak sabar?
    Ia diampuni untuk hutang 10.000 talenta yang mustahil terbayar apapun juga yang dilakukannya, tapi ia tidak mau menunggu kawannya berusaha membayar hutang (yang sebenarnya masih masuk akal untuk dibayar).

  • Bukankah hamba itu seorang yang tidak punya belas kasih?
    Ia tidak mengerti bahwa ia telah menerima pengampunan yang begitu besar dan tidak terbatas, yaitu saat sang raja berbelas kasihan dan mengampuninya. Dan seharusnya jika belas kasihan itu ada dalam dirinya, ia pun bisa mengampuni kawannya sebagaimana sang raja sudah lebih dulu mengampuninya.
Anak-anak Tuhan sesungguhnya diposisikan seperti hamba itu, kita telah menerima pengampunan yang tidak terkira besarnya dari Tuhan; jadi sikap apa yang seharusnya kita lakukan seandainya yang diposisikan sebagai kawan si hamba adalah orang-orang (mungkin teman, saudara, pasangan, anak, orangtua, dsb) yang pernah menyakiti kita, dan kesalahan yang mereka lakukan pada kita memang besar (seperti hutang 100 dinar, tapi tetap lebih besar 10.000 talenta hutang kita sebelumnya).

Apakah kita akan bersikap sama seperti sikap hamba jahat itu? Ataukah kita lebih memilih menuruti kehendak Tuhan yaitu mengampuni tanpa batas, mengampuni dengan segenap hati?

Yang pasti, Tuhan Yesus kembali menegaskan pada kita melalui perumpamaannya, sikap yang seharusnya kita lakukan dalam mengampuni, di ayat 33, Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?

Kolose 3:13
Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

Dan jika hal itu tidak kita lakukan maka inilah yang akan Tuhan lakukan pada kita, ayat 34, Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.

Ulangan 11:26-28,
Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk:
berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;
dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini,


Tuhan memberkati!

Tuesday, November 23, 2010

Timeline

Urutan waktu dalam Alkitab mulai dari Jaman Adam sampai dengan Akhir Jaman (klik gambar untuk memperbesar)






Tuesday, November 2, 2010

Konflik karena Suami Enggan Bekerja

Dalam rumah tangga sewajarnya suami bekerja untuk menghidupi keluarganya, tetapi sayangnya kita bisa menemukan ada sebagian suami yang tidak mau bekerja. Jika ini terjadi tentu lambat laun akan menimbulkan konflik dalam rumah tangga. Apa yang harus diperbuat jika hal ini terjadi dalam rumah tangga kita?

Mari kita cari tahu apa yang menyebabkannya serta melihat solusinya. Ada beberapa alasan mengapa suami enggan bekerja sebagai berikut:

  1. Ada yang enggan bekerja karena merasa belum dapat pekerjaan yang cocok dengan keinginannya. Mungkin dulu dia bekerja lalu kehilangan pekerjaan atau usahanya, dan menolak melakukan pekerjaan lain karena merasa tidak cocok.

    Jika ini terjadi, istri bisa membantu suami mencarikan pekerjaan. Suami pun jangan putus asa dan tetap berupaya mencari pekerjaan juga. Istri memberi dorongan pada suami agar mau mengambil pekerjaan lain sebagai pekerjaan sementara jika keuangan sudah mendesak. Bila istri memiliki penghasilan, hal ini bisa memberi waktu bagi suami mencoba pekerjaan lain sementara istri menopang dulu keuangan rumah tangga.
  2. Mirip seperti diatas, suami tidak mau bekerja kecuali dia bisa mendapatkan pekerjaan yang dicita-citakannya, tapi bedanya, dia memang belum pernah bekerja sebelumnya.

    Solusinya istri bisa ngobrol dengan suami dari hati ke hati, jika perlu sharing dengan teman/senior yang punya banyak pengalaman kerja agar suami punya pandangan lebih luas. Lewat komunitas seperti COOL, suami juga bisa diajak melihat bermacam pekerjaan yang dimiliki oleh teman-teman dan membuka pandangannya bahwa ada banyak jenis pekerjaan yang dapat dikerjakannya. Namun suami pun dituntut kesediaannya untuk fleksibel dan membuka diri.
  3. Ada yang enggan bekerja karena kecewa/sakit hati dengan pekerjaannya sebab dia diberhentikan (PHK), apalagi dengan cara yang buruk.

    Untuk kondisi ini, istri sebaiknya memberi waktu bagi suami untuk memulihkan diri. Suami pun jangan lama-lama terlarut dalam kesedihan, mengingat ada keluarga yang harus dinafkahinya. Istri bisa ikut bekerja untuk menopang keuangan, tapi bukan mengambil alih posisi suami sebagai kepala rumah tangga. Suami harus ingat tanggung jawabnya dalam keluarga, bangkitlah dan berusaha mencari pekerjaan lain, ingat pepatah yang mengatakan: "Dimana ada kemauan, disitu ada jalan."
  4. Ada pula yang enggan bekerja karena tidak mau/tidak tahan diperintah orang lain. Hal ini tidak masalah jika suami tipe pekerja mandiri & berjiwa wiraswasta, namun jika bukan tipe pekerja mandiri tentunya akan menimbulkan konflik sebab di satu sisi, suami tidak mau bekerja dengan orang lain sedangkan dia memang harus bekerja dengan orang lain.

    Untuk tipe ini, istri harus ekstra sabar, dengan lembut namun jelas, istri terus berusaha menyadarkan suami akan kelemahannya agar suami tidak menyalahkan keadaan, belajar menerima dan berubah. Istri sebagai tiang doa, dapat berdoa agar terjadi perubahan dalam kehidupan suami & rumah tangga; hanya Roh Kudus yang mampu mengubah pribadi seseorang, jadi jangan berpikir untuk mengubahnya dengan kemampuan sendiri. Suami pun belajar menerima keadaan, merendahkan hati untuk bekerja dengan orang lain, dan minta pada Tuhan agar diberikan kapasitas & kesempatan untuk bisa mandiri.
  5. Tapi ada pula suami yang enggan bekerja karena dia memang malas. Dia mau hidup enak tanpa mengeluarkan keringat bahkan tidak sungkan untuk memanfaatkan istri.

    Amsal 21:25 berkata, "Si pemalas dibunuh oleh keinginannya, karena tangannya enggan bekerja." Menghadapi suami jenis ini memang berat, sebab demi kepentingan rumah tangga, akhirnya istri yang harus bekerja dan memikul beban. Dalam kasus ini komunikasi dengan suami hampir percuma dan hubungan suami-istri bisa memburuk. Jadi, daripada bertengkar terus, istri baiknya menahan diri dan sungguh-sungguh berdoa puasa demi memenangkan pergumulan serta mengubah sikap suami. Kuncinya adalah kesabaran, kesetiaan mempertahankan ikatan pernikahan dan iman kepada Tuhan yang sanggup mengubahkan suami anda.

Seorang teman bercerita tentang suaminya yang sudah dua tahun ini tidak bekerja. Alasannya? Bukan karena tidak diterima kerja atau minimnya lowongan kerja, bukan pula karena tidak mampu bekerja. Tapi karena MALAS. Ya, suaminya malas bekerja, tidak mau berusaha, dan ingin santai.

Bagaimana dengan keuangannya? Siapa yang menafkahi? Tentu saja sang istri. Mereka memiliki satu anak yang sudah bersekolah dan seorang bayi. Lalu apa yang dikerjakan sang suami? Tiap hari kerjanya hanya bermalas-malasan. Tidur, makan, nonton TV, pergi dengan temannya dan seterusnya.

Dia sering bingung dan khawatir jika memikirkan anak-anaknya dan sudah kenyang dengan sindiran tetangga. "Kalau aku yang jadi kamu, pasti aku tinggalkan pria itu!" "Jika suamimu bertanggung jawab, tentu dia menafkahi kalian!" dan banyak kata-kata cemoohan lainnya. Sang istri sempat terpikir untuk bercerai namun urung dilakukannya, dia tetap berusaha mempertahankan rumah tangganya yang pincang itu.

Tidak ada istri yang mengharapkan keadaan demikian terjadi dalam pernikahannya. Seorang yang menikah tentunya ingin punya pasangan yang bisa saling mendukung dan menghargai. Ketika hal tersebut tidak didapatkan tentu terpikir untuk mengakhiri pernikahan... namun Firman Tuhan mengajarkan, "apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Jadi apapun masalah yang dihadapi dalam keluarga, kita harus ingat akan hal ini.

Biarlah para suami menyadari bahwa sebagai kepala rumah tangga, Tuhan memberikan tanggung jawab untuk menafkahi keluarganya, Efesus 5:23 "karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh." Jika suami enggan bekerja bagaimana dia bisa menyelamatkan keluarganya? Dan istri yang memiliki suami demikian tetaplah bersabar dan berpengharapan dalam Kristus yang mampu mengubahkan seseorang. Walaupun istri harus mencukupi kebutuhan rumah tangga ataupun penghasilan istri melebihi suami, janganlah melupakan hal ini, Efesus 5:22 "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan." Tetaplah saling menghargai dan saling mendukung sebagai pasangan yang setara di dalam Tuhan.

Tuhan memberkati!

Tuesday, October 19, 2010

Yesus menyembuhkan Orang Tuli dan Bisu

Markus 7:31-35

Ayat 32: ada seorang yang tuli dan gagap (bisu), orang yang tuli apalagi sejak lahir biasanya juga akan menjadi bisu karena tidak bisa mendengar otomatis tidak bisa berbicara; hal ini melambangkan diri kita yang dulunya juga tuli dan bisu secara rohani, sebelum ditolong oleh Tuhan Yesus.

Lalu bagaimana prosesnya Tuhan menyembuhkan kita?
Ada 3 proses yang terjadi:

  1. Ayat 33a: Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian.
    Dia memisahkan kita dari kehidupan lama kita (memanggil kita keluar dari dunia ini) = gereja, ekklesia. Sehingga sendirian dengan Tuhan, artinya: dekat dengan Tuhan = intim dengan Dia.

    Apa yang terjadi jika kita dekat dengan Tuhan?
    • Ada pertobatan & keselamatan
      Lukas 19:2, 5-10: Zakheus
      - Zakheus seorang pemungut cukai & kaya, ayat 7: Zakheus orang berdosa,
      - Zakheus dipanggil oleh Tuhan,
      - Zakheus menerima & membawa Tuhan dirumahnya (dekat dengan Dia),
      - Ayat 8: terjadi pertobatan = ada perubahan,
      - Ayat 9-10: terjadi keselamatan.
    • Kita bertumbuh & berbuah
      Yohanes 15:5-6: Pokok Anggur yang benar
      Tuhanlah pokok anggur yang benar dan kitalah ranting-rantingnya, kita mendapat makanan dari pokok yaitu Yesus Kristus sehingga bisa bertumbuh dan berbuah, diluar Dia... kita akan menjadi kering (tidak berguna), dibuang dan dibakar.

  2. Ayat 33b: Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu meludah dan meraba lidah orang itu.
    Telinga: pendengaran, lidah: perkataan.

    Proses kedua yang terjadi, Tuhan mengurapi telinga kita agar bisa mendengar Firman Tuhan (bukan gosip), Dia mengurapi lidah kita agar kita memperkatakan Firman Tuhan (bukan mengutuk).

    Apa yang terjadi saat kita bisa mendengar perkataan Firman Tuhan?
    Iman kita timbul dan makin kuat
    Roma 10:17 "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."

  3. Ayat 34: Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah!
    Proses ketiga yang terjadi adalah saat Firman menjadi Rhema dalam hidup kita! Rhema (bahasa Yunani) yang artinya: tindakan ucapan, yaitu Firman yang menjadi nyata! Perhatikan ayat 34, Tuhan Yesus berfirman: Terbukalah! Dan apa yang terjadi di ayat 35: maka terbukalah...

    Dalam proses yang ketiga inilah mujizat terjadi karena Firman menjadi Rhema, Iman perbuatan menjadi Nyata. Jika kita mau ada mujizat dalam hidup kita maka kita harus mencapai tahapan ini yaitu ada kuasa Firman dalam hidup kita (baik dalam perkataan & perbuatan = iman yang memindahkan gunung).

    Matius 17:20 "...Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu."

    Saat iman kita dan Firman Tuhan menjadi satu maka mujizat pun terjadi, seperti yang tertulis dalam Yohanes 15:7 "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya."

    Tuhan memberkati...

    Friday, October 15, 2010

    Jam berapa sebenarnya Yesus disalibkan

    Menurut Markus: jam sembilan (Markus 15:25), sedangkan menurut Yohanes: jam dua belas, Yesus belum disalibkan (Yohanes 19:14)

    Untuk mengerti lebih jelas mengenai hal ini, mari kita mempelajari hal berikut ini...

    PERHITUNGAN WAKTU MENURUT YAHUDI:
    Orang Yahudi membedakan perhitungan waktu antara 'malam' dan 'hari'. Perhitungan 'hari' dimulai sejak matahari terbit, sedangkan 'malam' dimulai sejak matahari terbenam. Orang Yahudi kuno membagi malam menjadi tiga bagian yang masing-masing terdiri atas empat jam, yaitu:
    • Jam pertama ( Ratapan 2:19: Bangunlah, mengeranglah pada malam hari, pada permulaan giliran jaga malam...),
    • Jam kedua (Hakim-hakim 7:19: Lalu Gideon dan keseratus orang yang bersama-sama dengan dia sampai ke ujung perkemahan itu pada waktu permulaan giliran jaga tengah malam...),
    • Jam ketiga (Keluaran 14:24: Dan pada waktu jaga pagi...).

    Dalam perkembangannya, malam kemudian dibagi menjadi empat bagian masing-masing lamanya tiga jam:
    • Jaga pertama dihitung mulai matahari terbenam yaitu jam 18:00 - 21:00,
    • Jaga kedua dari jam 21:00 - 24:00,
    • Jaga ketiga dari jam 00:00 - 03:00,
    • Jaga keempat dari jam 03:00 - 06:00.
    Di jaman Yesus Kristus, mereka juga masih membagi malam menjadi empat bagian yang masing-masing terdiri atas tiga jam:
    • Jam pertama disebut malam mulai dari jam 18:00 hingga jam 21:00.
    • Jam kedua disebut tengah malam mulai dari jam 21:00 hingga jam 24:00.
    • Jam ketiga disebut kokok ayam mulai jam 00:00 hingga jam 03:00.
    • Jam keempat disebut pagi mulai jam 03:00 hingga jam 06:00.
    Contohnya seperti yang tertulis dalam Matius 14:25,
    LAI: Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.
    KJV: And in the fourth watch of the night Jesus went unto them, walking on the sea.

    Jam keempat malam adalah antara jam 03:00 dini hari hingga jam 06:00 pagi. Karena itu LAI menerjemahkan sebagai 'jam tiga malam'.

    Orang Yahudi menghitung 'hari' selama 12 jam dan 'malam' selama 12 jam (dibagi menjadi 4 bagian jam malam seperti diatas).

    Sedangkan perincian jam 'hari' dimulai dari matahari terbit ± pukul 06:00 pagi, sebagai berikut:
    Jam ke-1, pukul 07:00 pagi
    Jam ke-2, pukul 08:00 pagi
    Jam ke-3, pukul 09:00 pagi
    Jam ke-4, pukul 10:00 pagi
    Jam ke-5, pukul 11:00 pagi
    Jam ke-6, pukul 12:00 siang
    Jam ke-7, pukul 13:00 siang
    Jam ke-8, pukul 14:00 siang
    Jam ke-9, pukul 15:00 sore
    Jam ke-10, pukul 16:00 sore
    Jam ke-11, pukul 17:00 sore

    Mengenai jam, contoh yang paling jelas bisa dilihat di Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (Matius 20:1-16)
    • Ayat 3: kira-kira pukul sembilan pagi...
      KJV: And he went out about the third hour, and saw others standing idle in the marketplace,
    • Ayat 5: kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang...
      KJV: Again he went out about the sixth and ninth hour, and did likewise,
    • Ayat 6: kira-kira pukul lima petang...
      KJV: And about the eleventh hour he went out.
    Lalu kenapa bisa ada perbedaan antara Markus dan Yohanes?
    Karena Matius, Markus, dan Lukas menggunakan perhitungan waktu Yahudi, sedangkan Yohanes menggunakan perhitungan yang berbeda yaitu perhitungan waktu Romawi (yang sama dengan perhitungan waktu jaman sekarang).

    Kembali ke pertanyaan diawal:
    Jam berapa sebenarnya Yesus disalibkan?

    Markus 15:25
    LAI: Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan.
    KJV: And it was the third hour, and they crucified him.

    Terjemahan dari jam ketiga, yang menurut perhitungan jam Yahudi adalah sama dengan jam 9 pagi waktu sekarang.

    Yohanes 19:14
    LAI: Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!"
    KJV: And it was the preparation of the passover, and about the sixth hour: and he saith unto the Jews, Behold your King!

    Terjemahan dari jam keenam, yang menurut perhitungan waktu Romawi adalah sama dengan jam 6 pagi waktu sekarang (jadi tidak perlu diubah seperti di Markus yang menurut perhitungan Yahudi).

    Injil Yohanes ditujukan kepada pembaca Romawi dan Yunani, oleh karena itu Yohanes menggunakan perhitungan waktu Romawi bukan perhitungan Yahudi. Yohanes menulis jam keenam yang maksudnya adalah memang benar-benar jam 6 pagi (menurut perhitungan Romawi) yaitu saat Pilatus memberi keputusan terakhir dan Yesus belum disalib. Markus menulis jam ketiga (jam sembilan pagi menurut perhitungan Romawi), yaitu saat Yesus Kristus mulai disalibkan.

    Jadi kedua ayat ini sama sekali tidak bertentangan. Yesus disalibkan pada jam 9 pagi, seperti yang ditulis oleh Markus.

    Contoh lainnya mengenai perhitungan waktu Romawi yang digunakan Yohanes dapat kita pelajari di Yohanes 4:6,
    LAI: Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.
    KJV: Now Jacob's well was there. Jesus therefore, being wearied with his journey, sat thus on the well: and it was about the sixth hour.

    LAI menerjemahkan jam keenam sebagai ‘pukul dua belas’ menurut perhitungan waktu Yahudi, padahal itu tidak sesuai, kenapa? Karena kebiasaan menimba air di tanah Palestina dilakukan pada pagi dan sore hari, tidak pernah dilakukan di tengah hari yaitu jam dua belas seperti terjemahan kisah wanita Samaria itu. Jadi jelas, Yesus duduk di sumur Yakub pada jam enam sore, bukan jam dua belas seperti yang diterjemahkan.

    GBU

    Sunday, September 19, 2010

    Yesus menyembuhkan Orang Lumpuh

    Markus 2:1-12












    Ada 3 hal luar biasa yang terjadi dalam Markus 2:1-12 ini, sebelum Yesus melakukan mujizat dengan menyembuhkan orang lumpuh. Tiga hal yang juga harus kita lakukan/alami sebelum menerima mujizat:

    1. Ayat 1-2: Yesus kembali ke Kapernaum setelah melakukan perjalanan pelayanan ke Galilea. Yesus lalu mengajar di rumah-Nya dan banyak orang datang sampai diluar rumah. Lukas 5:17 mencatat bahwa yang datang itu dari berbagai latar belakang dan berbeda asalnya: ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem.

      Jadi yang datang saat Yesus mengajar adalah campuran masyarakat umum dan imam-imam tingkat tinggi, bukan hanya orang biasa tapi juga kalangan atas; hal luar biasa yang pertama: banyak orang datang mencari Yesus.

      Kenapa hal ini luar biasa? Saat ini kita percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Tapi pada masa itu tidak banyak yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan; namun demi mendengar Yesus dan melihat kuasa-Nya, mereka rela datang dari jauh (Yerusalem ke Kapernaum sekitar 120 km, kira-kira seperti Jakarta-Bandung) dan berdesak-desakan; padahal sebagai manusia, Yesus dikenal anak tukang kayu (Matius 13:55).

      Namun demikian motivasi orang-orang yang hadir juga berbeda-beda, ada yang memang tulus ingin belajar, ada yang cuma ingin nonton, ada pula yang berniat buruk... contohnya: orang Farisi dan ahli Taurat yang hadir, mereka adalah orang-orang terpelajar yang mengerti Firman Tuhan, sarjana-sarjana agama; tapi mereka tidak percaya, ragu-ragu atas perkataan Yesus; mereka hadir bukan hanya untuk mendengar Firman-Nya, tapi juga untuk mencari kesalahan-Nya, menjebak-Nya sehingga dengan demikian mereka bisa menghukum Yesus.

      Tapi Yesus adalah Tuhan, dan Dia bisa melihat jauh di dalam hati setiap orang. Dia tahu apakah kita hanya Kristen KTP atau Kristen sejati, apakah kita hanya percaya-percayaan atau sungguh-sungguh percaya... Jadi untuk bisa menerima mujizat, hal pertama yang kita lakukan: datang mencari Tuhan Yesus dengan sikap hati yang benar.
    2. Saat Yesus sedang mengajar, terjadi pula hal luar biasa yang kedua yaitu: 4 orang datang lalu membuat lubang di atap dan menurunkan tilam yang membawa teman mereka yang lumpuh ke dalam ruangan dimana Yesus berada.

      Pada jaman itu, bentuk rumah tidak tinggi dan atapnya datar, sehingga dapat dicapai dengan tangga yang dipasang di salah satu dinding diluar rumah. Atap rumah biasanya dijadikan tempat untuk menyimpan barang. Orang-orang yang membawa orang yang lumpuh ini naik dengan tangga diluar hingga ke atap rumah, lalu memindahkan bagian atap rumah dan menurunkan orang lumpuh ini ke dalam ruangan. Karena atap rendah, tidak butuh waktu lama untuk menurunkannya dari atap hingga sampai ke hadapan Yesus.

      Kenapa hal ini termasuk luar biasa? Karena tindakan yang mereka lakukan menunjukkan kekuatan iman mereka! Alkitab menuliskan, bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Perbuatan 4 orang ini menunjukkan kwalitas iman mereka, naik ke atap, membuka atap lalu menurunkan orang lumpuh memang tidak sulit tapi bukan hal yang mudah juga; yang istimewanya mereka terpikir untuk melakukan hal itu demi iman percaya mereka bahwa Yesus bisa menyembuhkan temannya yang lumpuh. Hal kedua: miliki iman dan tunjukkan dalam tindakan (iman yang benar)!
    3. Hal ketiga yang paling luar biasa adalah saat Yesus melakukan sesuatu yang mengherankan orang banyak, Ia berkata pada orang lumpuh itu: dosa-dosanya telah diampuni! Ini adalah hal yang paling luar biasa yang Yesus lakukan dalam pelayanan-Nya yaitu: pengampunan dosa.

      Mungkin ada yang berpikir, kenapa Yesus tidak lebih dulu menyembuhkan orang lumpuh itu? Seharusnya Yesus menyembuhkan orang lumpuh itu, baru bicara soal pengampunan. Tapi Tuhan tidak pernah salah... Yesus melihat ke dalam hati bahwa hal utama yang dibutuhkan manusia adalah kesembuhan rohani, baru kesembuhan fisik.

      Perjumpaan dengan Tuhan Yesus menyembuhkan rohani kita, membuat hidup kita berbalik dan berubah oleh kuasa pengampunan-Nya. Dulu kita semua orang yang lumpuh rohani tapi sejak berjumpa dengan Tuhan Yesus, kita disembuhkan dan dapat berdiri diatas batu keselamatan Kristus. Hal ketiga, agar menerima mujizat maka pastikan kita sudah hidup benar (tidak menyimpan dosa).

      Di balik setiap mujizat fisik yang Kristus kerjakan pasti ada mujizat kesembuhan rohani, dan itulah mujizat terbesar yang Dia kerjakan!

      2 Korintus 5:17 "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."

      Those people who become Christians become new persons.
      They are not the same anymore, for the old is gone. A new life has begun.

    Tuhan memberkati!

    Sunday, September 5, 2010

    Hubungan antara Orang Tua dan Anak

    Di dalam Alkitab, anak-anak dipandang sebagai karunia Allah. Anak-anak harus dikasihi, dihargai dan dihormati seperti orang dewasa. Mereka penting di mata Allah dan dalam kerajaan Sorga (Matius 18:1-6, 10). Anak-anak juga diberi tanggung jawab: menghargai dan menghormati orang tua, peduli terhadap mereka, mendengarkan mereka, dan patuh kepada mereka (Keluaran 20:12, Amsal 1:8, 13:1, Markus 7:10-13, Efesus 6:1).

    Efesus 6:1-3 mengatakan, "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi."

    Meskipun dalam tulisannya yang lain, rasul Paulus memberi kritikan tajam kepada anak-anak yang tidak patuh (Roma 1:30, 2 Timotius 3:1-2), namun itu tidak berarti bahwa anak-anak harus selamanya patuh. Jika orang tua meminta mereka untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Firman Allah, maka mereka harus ingat bahwa hukum Allah selalu memiliki prioritas yang lebih tinggi daripada perintah manusia (Kisah 5:29). Untuk anak-anak yang sudah dewasa dan meninggalkan orang tua mereka untuk membangun keluarga yang baru, mereka pun tidak terbebas dari tanggung jawab untuk menghormati orang tua mereka. Tanggung jawab menghormati orang tua itu tetap ada selama orang tua masih hidup.

    Sebaliknya orang tua memiliki tanggung jawab untuk memberi teladan perilaku orang Kristen yang dewasa, mengasihi anak-anak mereka, peduli terhadap kebutuhan mereka, mengajar anak-anak dan mendisiplin mereka dengan sungguh-sungguh (Amsal 22:6, Kolose 3:21). Efesus 6:4 mengatakan, "... janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan."

    Pada Perjanjian Lama, ada bagian yang menyatukan semua prinsip dan merangkum ajaran Alkitab dalam hal mengasuh anak. Meskipun bagian ini ditulis untuk bangsa Israel sebelum mereka memasuki tanah perjanjian, Firman ini sangat praktis digunakan dalam membesarkan anak dan merupakan bimbingan bagi para orang tua Kristen di zaman modern ini.

    "Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintahNya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu. Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 6:1-7).

    Dari Firman tersebut diatas, kita tahu hal-hal yang perlu dilakukan sebagai orang tua adalah:

    1. Mendengarkan Firman
      Orang tua yang baik mau mendengarkan perintah Allah, mengerti perintah itu dengan sungguh-sungguh sehingga “tertanam dalam hati” dan menjadi bagian dari dirinya. Proses ini dimulai melalui keteraturan dalam mempelajari Firman Tuhan, yaitu Alkitab, dan dengan pertolongan Roh Kudus sehingga Firman Tuhan menjadi jelas bagi kita.
    2. Melakukan Firman
      Pengetahuan saja tidaklah cukup. Selain mendengarkan, orang tua harus taat pada ketetapan dan perintah Allah serta melakukannya. Bila orang tua tidak menunjukkan keinginan untuk taat pada Allah, pada gilirannya anak-anak mereka juga tidak akan memiliki keinginan untuk taat orang tua mereka.
    3. Mengasihi Allah
      Allah berfirman agar orang tua mengasihi Allah dengan sepenuh hati, jiwa, dan kekuatan. Perhatikan bahwa penekanannya di sini adalah untuk orang tua. Orang tua harus menyadari bahwa mereka lebih dulu ada untuk mengasihi dan melayani Allah, dan tidak ada yang boleh menggantikan prioritas yang utama tersebut. Jika orang tua diberi anak, maka mengasuh anak merupakan salah satu dari tujuan hidup kita, tetapi bukanlah satu-satunya tujuan hidup kita.
    4. Mengajar Anak
      Dalam mengajar anak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua:
    • Tanggung jawab ayah dan ibu
      Meskipun mengasuh anak bukanlah satu-satunya tugas orang tua dalam hidup ini, tapi tanggung jawab ini penting dan tidak dapat diremehkan. Pendidikan anak-anak tidak hanya dilakukan oleh ibu saja atau ayah saja, tetapi harus oleh ayah dan ibu. Kejadian 1:27, "Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan..."
    • Gambar Allah secara sempurna ada pada laki-laki dan perempuan, pada suami dan istri, pada ayah dan ibu. Jika kita ingin mendidik anak kita dengan benar, maka peran serta ayah dan ibu dibutuhkan, sehingga anak dapat melihat gambar Allah dengan sempurna.

    • Dengan berulang-ulang
      Ulangan 11:19 mengatakan, "Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun."

      Firman menyampaikan bahwa mengajar bukanlah suatu usaha yang hanya cukup sekali dilakukan. Orang tua harus mengajar anak-anaknya dengan berulang-ulang setiap hari, siang dan malam, karena dengan demikian anak akan ingat dan mengerti apa yang diajarkan orang tuanya. Sebagai orang tua jangan pernah kita bosan mengajar anak-anak kita, karena Tuhan pun demikian terhadap kita.
    • Dengan teladan
      Dalam mendidik anak, seharusnya orang tua tidak hanya bicara, tetapi lebih banyak memberikan teladan kepada anak. Dalam mengajarkan Firman Tuhan, orang tua harus terlebih dulu menunjukkan melalui perbuatannya sendiri sebagai contoh kepada anaknya. Jika dipraktekkan hal ini tentunya akan lebih mudah bagi orang tua dalam mengajarkan sesuatu kepada anaknya. Ingatlah, Tuhan Yesus saja mau datang ke dunia untuk memberi teladan bagi kita, "sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." Yohanes 13:15
      • Bagaimana cara memberi teladan yang baik?

        • Supaya anak-anak menjadi orang yang dapat dipercaya, anda perlu percaya kepada diri anda sendiri.

        • Supaya anak-anak menjadi rendah hati, anda perlu menunjukkan kerendahan hati dengan mengakui kesalahan anda dan meminta maaf.

        • Supaya anak-anak mendengarkan anda, luangkan waktu untuk mendengarkan mereka bukan memaksakan pandangan kita sendiri (yang diperlukan adalah kemauan untuk mendengarkan saja, tidak harus menyetujuinya).

        • Supaya anak-anak bisa menghargai, anda perlu memberi penghargaan pada mereka, penghargaan itu bisa berupa pujian atau pengakuan secara verbal untuk perilaku positif yang telah dilakukan.

        • Supaya anak-anak menghormati, jangan remehkan mereka, pahami perasaan dan pandangan mereka.

        • Supaya anak-anak jujur, anda pun perlu menepati setiap janji pada anak anda dan mengatakan yang benar pada diri anda sendiri.

        Matius 7:12 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka..."

        Jadi mendidik anak-anak dengan teladan yang baik, artinya sebagai orang tua kita harus menjadi contoh bagi anak-anak kita, apa saja yang kita kehendaki supaya mereka lakukan kita lakukan lebih dahulu di hadapan mereka; jika kita mau anak kita hidup benar, maka sebagai orang tua, kita harus lebih dulu hidup benar bagi anak-anak kita...

      Tuhan memberkati!

      Sunday, August 8, 2010

      Iman yang Kuat untuk meraih Janji Tuhan

      Tahun 2010 adalah tahun pemulihan dan kelimpahan, bicara mengenai pemulihan dan kelimpahan bisa diibaratkan seperti perjalanan bangsa Israel yang keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian.

      Ulangan 11:8-12
      Tanah Mesir (ayat 10) adalah tanah dimana setelah menabur benih harus diberi air dengan jerih payah, sedangkan Tanah Perjanjian (ayat 9c, 11-12)adalah:
      1. Suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya,
      2. Yang mendapat air sebanyak hujan turun dari langit,
      3. Negeri yang dipelihara Tuhan dari awal sampai akhir tahun.

      Tanah perjanjian berbicara mengenai keadaan yang penuh kelimpahan berkat, seperti surga di bumi. Pertanyaannya buat kita semua... apa yang harus kita lakukan agar bisa menerima janji Pemulihan dan Kelimpahan ini?

      Dalam Ulangan 11:8, dikatakan bahwa, "kamu harus berpegang pada seluruh perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya kamu kuat untuk memasuki serta menduduki negeri, ke mana kamu pergi mendudukinya." Jadi agar bisa masuk dalam Tanah Perjanjian maka hal utama yang harus dilakukan bangsa Israel adalah berpegang pada seluruh perintah TUHAN!

      Kenapa kita harus berpegang pada seluruh perintah TUHAN, ayat 8 diatas mengatakan yaitu: supaya kita KUAT! Apanya yang kuat?
      IMAN-nya yang kuat. Orang yang kuat di mata Tuhan bukanlah yang berotot dan kekar seperti Simson atau Hercules, tapi orang yang beriman teguh seperti Abraham, Nuh dan pahlawan-pahlawan iman lainnya.

      Iman yang kuat itu berguna agar kita bisa masuk dan menduduki (dalam KJV, dipakai adalah kata "possess" yang artinya: mencapai, meraih) Tanah Perjanjian; demikian pula dalam kehidupan ini, jika kita ingin meraih janji hidup kelimpahan yang dijanjikan Tuhan maka kita pun harus memiliki iman yang kuat!

      Kenapa kita butuh iman yang kuat jika ingin meraih janji-Nya?
      Kembali kita lihat perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir sampai ke Tanah Perjanjian (= perjalanan hidup seorang percaya, mulai dari meninggalkan hidup lamanya sampai meraih janji Tuhan).

      Dalam perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Tanah Perjanjian, mereka harus melewati Padang Gurun. Sebagai orang percaya, kita pun harus siap melewati setiap padang gurun yang ada dalam hidup kita, sama seperti bangsa Israel. Perhatikanlah... semua tokoh dalam Alkitab harus melewati padang gurun sebelum mereka dipakai oleh Tuhan dan meraih janji-janji-Nya; bahkan Tuhan Yesus sendiri juga melewati padang gurun tersebut.

      Padang gurun bukanlah tempat yang enak, suhu disana ekstrem, jika siang sangat panas, jika malam sangat dingin... Kehidupannya juga keras karena sumber makanan dan minuman sangat minim, belum lagi ancaman hewan-hewan berbisa seperti kalajengking dan ular, lalu ada pula ancaman badai pasir, dan lainnya. Padang gurun adalah gambaran keadaan yang:
      - Kering, gersang, tandus,
      - Sumber daya yang terbatas,
      - Gangguan/masalah (pencobaan, godaan, jebakan, dan lainnya)

      Padang gurun, bahasa Inggrisnya: "desert" atau "wilderness" yang berasal dari kata wildness artinya tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Singkatnya padang gurun adalah tempat yang keadaannya tidak enak dan tidak dapat kita kontrol, karena itu ada banyak orang yang bersungut-sungut saat berada di padang gurun seperti: Kenapa koq setelah ikut Tuhan... hidupku malah jadi tidak enak ya? Atau kenapa hidup orang yang fasik malah enak-enak saja?

      Walaupun bukan tempat yang baik, justru saat berada di padang gurun... kita dapat melihat dan merasakan penyertaan, mujizat serta pertolongan Tuhan dalam hidup kita; bukankah demikian yang dialami bangsa Israel saat berada di padang gurun: diberi manna setiap hari, pakaian tidak menjadi buruk, dituntun oleh tiang awan/tiang api, dan sebagainya.

      Dalam keadaan yang tidak enak di padang gurun rohani, hanya yang kuat rohani yang dapat bertahan dan pada akhirnya meraih Janji Tuhan. Kuat rohani berarti mempunyai iman yang kuat, bagaimana caranya agar kita bisa punya iman yang kuat?
      Ada 4 langkah, kita sebut dengan 4 M, sebagai berikut:
      1. Mendengar (Membaca) Firman Tuhan: Roma 10:17 "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." Tidak cukup hanya mendengar Firman di kebaktian, tapi harus ditambah pula dengan membaca Alkitab, tapi mulai sekarang bacalah dengan suara agar kita juga mendengar dan iman pun bertumbuh,
      2. Merenungkan Firman: merenungkan berarti meneliti, menggali kebenaran Firman dengan bertanya dan mencari jawabannya. Mazmur 1:2-3 ...jika kesukaan kita adalah Firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam, maka Tuhan akan menjadikan apa saja yang kita perbuat berhasil.
      3. Melakukan Firman: Ulangan 6:8 "Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu." Kita jadi saksi yang hidup yang artinya hidup kita sesuai Firman Tuhan, tidak munafik, tidak menjadi batu sandungan. Kehidupan kita ditandai dengan Firman yang menjadi hidup dalam kehidupan kita.
      4. Membagikan Firman: sharing Firman, bersaksi, memberitakan Firman. Memberitakan firman bukan berarti harus menjadi pengkhotbah atau pendeta, tapi bisa dengan kita bersaksi pada orang-orang sekeliling atau yang kita temui (ingat Amanat Agung).

      Tahun 2010 adalah tahun pemulihan dan kelimpahan, untuk meraihnya kita harus punya iman yang kuat; dan untuk punya iman yang kuat... kita harus memulainya dengan membiasakan diri membaca dan mendengar Firman Tuhan setiap hari.

      Tuhan memberkati!

      Monday, July 12, 2010

      Ramuan Kasih Mertua & Menantu

      Hubungan antara mertua dan menantu memang menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan karena tidak sedikit orang yang memiliki masalah dalam hubungan tersebut, khususnya antara mertua perempuan dengan menantu perempuannya. Bahkan mungkin ada orang-orang yang pernah berdoa demikian, "Tuhan, berikanlah aku seorang pasangan. Namun tolonglah agar pasanganku itu sudah tidak punya orang tua lagi...," agar mereka dapat menghindari masalah tersebut.

      Banyak hal yang bisa menjadi penyebab munculnya masalah ini, bisa karena cemburu, beda pendapat, beda kebiasaan, atau hal-hal sepele yang sebenarnya tidak perlu diributkan. Menantu sering berpikir, bagaimana caranya membuat sang mertua bersikap baik kepada mereka. Sedangkan mertua juga berpikir, bagaimana membuat sang menantu menghormati dan menyayangi mereka.

      Apa pun sebabnya, di dalam Tuhan setiap masalah tentu bisa diselesaikan dan selalu ada cara supaya hubungan menantu dan mertua menjadi manis. Sebenarnya untuk menjadikan mertua atau menantu bersikap baik, itu lebih bergantung pada sikap anda sendiri. Bukankah firman Tuhan ”the golden rule” dalam Matius 7:12 berkata, "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.”

      Alkisah ada seorang wanita muda yang baru menikah dan tinggal di rumah mertuanya. Dalam waktu singkat, si menantu menyadari bahwa ia sangat tidak cocok dengan ibu mertuanya. Karakter mereka jauh berbeda. Hari berganti hari, menantu dan mertua itu tidak pernah berhenti berdebat atau bertengkar. Semua kemarahan dan ketidakbahagiaan di dalam rumah menyebabkan hati si suami menjadi sedih.

      Karena sudah tidak tahan lagi terhadap sifat ibu mertuanya, si menantu berpikir untuk melakukan sesuatu. Ia pergil menjumpai seorang tabib dan menceritakan masalahnya, kemudian minta dibuatkan racun yang kuat untuk ibu mertuanya. Sang tabib berpikir keras sejenak, lalu berkata, "Nak, saya mau membantumu tetapi kamu harus mendengarkan saya dan mentaati apa pun yang saya sarankan." "Baik pak tabib, saya akan mengikuti apa saja yang bapak katakan untuk saya perbuat," jawab si menantu.

      Sang tabib masuk ke dalam dan kembali dengan sebungkus ramuan. "Kamu tidak bisa memakai racun ini sekaligus, hal itu akan membuat semua orang curiga. Saya memberimu ramuan khusus yang secara perlahan-lahan akan menjadi racun di dalam tubuhnya. Setiap hari, kamu harus menyediakan makanan yang enak-enak dan masukkan sedikit ramuan ini ke dalamnya. Lalu, agar tidak ada yang curiga, kamu harus hati-hati dan bersikap sangat baik kepadanya. Jangan berdebat dengan mertuamu, taati semua kehendaknya, dan perlakukan dia seperti ibumu sendiri," katanya menjelaskan.

      Si menantu sangat senang dan pulang ke rumah untuk melaksanakan rencananya. Setiap hari ia melayani mertuanya dengan makanan yang enak-enak, yang sudah dibubuhi racun dari si tabib. Agar tidak mencurigakan, ia belajar untuk mengendalikan amarahnya, menaati ibu mertuanya, dan memperlakukannya seperti ibunya sendiri. Setelah enam bulan lewat, suasana di rumah itu berubah drastis. Si menantu sudah bisa mengendalikan emosinya dan menyadari bahwa selama enam bulan terakhir ia tidak lagi marah atau kesal dengan mertuanya, karena mertuanya kini tampak lebih ramah kepadanya. Sikap si ibu mertua terhadap menantunya juga berubah, ia mulai mencintai sang menantu seperti putrinya sendiri. Ia bahkan menceritakan kepada teman-teman dan sanak familinya bahwa menantunya adalah menantu yang paling baik di dunia. Si menantu perempuan dan ibu mertuanya berlaku layaknya seorang ibu dan anak yang sesungguhnya.

      Suatu hari, dengan tergesa-gesa si menantu pergi menjumpai tabib untuk meminta bantuannya sekali lagi. "Pak, tolong saya untuk mencegah agar racun yang telah saya berikan kepada mertua saya tidak sampai membunuhnya. Beliau telah berubah menjadi seorang wanita yang begitu baik, sehingga saya mencintainya seperti ibu saya sendiri. Saya tidak mau ia mati karena racun yang saya berikan kepadanya,” katanya memohon. "Nak, tidak ada yang perlu kau kuatirkan. Saya tidak pernah memberimu racun. Ramuan yang saya berikan itu hanyalah untuk menjaga kesehatan beliau. Satu-satunya racun yang ada, hanyalah yang terdapat di dalam pikiran dan sikapmu terhadap beliau. Tetapi semuanya itu telah dibersihkan oleh cinta yang kau berikan kepadanya," jawab sang tabib sambil tersenyum

      Jika antara menantu dan mertua ada perhatian, saling mengasihi, dan bersikap baik seperti orang tua dan anaknya sendiri, pastilah akan tercipta hubungan yang indah antara menantu dan mertua.

      Tuhan memberkati!

      Monday, June 14, 2010

      Gaya Hidup Beda sebagai Anak Tuhan (2)

      Nah, gaya hidup seperti apa yang harus kita lakukan sebagai anak Tuhan? Ada beberapa hal yang harus kita lakukan sebagai anak Tuhan, supaya mudah... mari kita sebut dengan 3 J.

      J1: Jaga hati
      Amsal 4:23 "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan."
      Amsal mengatakan bahwa keberhasilan kita pada bidang apapun dalam kehidupan ini... dimulai dari hati kita.

      Daniel menjaga kekudusannya, dia memilih tidak makan yang sedap-sedap = tidak memilih hal-hal yang hanya enak diluar tapi merusak di dalam, Amsal 18:8 menulis "Perkataan pemfitnah seperti sedap-sedapan, yang masuk ke lubuk hati." Dalam hidup ini kita harus menjaga hati kita agar tidak terlena dengan hal-hal yang sedap, hal yang sedap itu bukan bicara tentang makanan, tapi tentang DOSA (yang tentunya kelihatan sedap, kalau tidak sedap orang pasti tidak mau berbuat dosa...) yang tanpa kita sadari masuk sedikit demi sedikit & pelan-pelan merusak lubuk hati kita (rohani kita). Jadi sebagai anak Tuhan... kita harus senantiasa berjaga agar hanya yang benar yang masuk dalam hati kita, bukan yang "sedap"; benar pasti sedap, sedap belum tentu benar!

      J2: Jaga iman
      Efesus 6:16 "dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat."

      Saat Yusuf mendapatkan janji Tuhan melalui mimpinya, keadaannya bukan bertambah baik, dia dijual oleh saudaranya dan menjadi budak, lalu sebagai budak... keadaan Yusuf mulai lebih enak sedikit karena akhirnya dia jadi kuasa atas rumah tuannya (Kejadian 39:4)... tapi kemudian Yusuf malah difitnah oleh istri bosnya (karena menolak berzinah - Yusuf hidup benar) dan dijebloskan dalam penjara, tapi Yusuf tetap tidak kehilangan imannya... dia tidak larut dalam keadaannya yang tidak enak itu. Yusuf tetap percaya pada janji Tuhan (tetap menjaga imannya) sampai pada akhirnya dia meraih janji Tuhan dalam hidupnya.

      Dalam Daniel pasal 6, Daniel pun menjaga imannya pada Tuhan, walaupun diancam masuk ke gua singa karena menolak untuk menyembah patung. Dan saat Daniel berada dalam gua singa, mujizat terjadi, Tuhan menyelamatkannya, dan akhirnya raja Darius menjadikan Daniel sebagai pejabat tinggi dalam kerajaannya.

      J3: Jaga mulut/lidah
      Dalam Alkitab ada 259 kata “mulut”, 103 kata “lidah”, & 102 kata “bibir”... total 464 kata tentang mulut, lidah, bibir (hal-hal yang berhubungan dengan perkataan). Bandingkan dengan kata hikmat, di Alkitab total ada 213 kata ‘’hikmat”.

      Amsal 13:3 "Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan."
      Amsal 18:21 "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."

      Jika kita berkata di suatu tempat yang bergema, misalkan dalam goa, maka apa yang kita ucapkan itulah yang akan bergema dan kembali pada kita dengan kata yang sama... contoh jika kita katakan A maka gemanya juga A... Nah perkataan apa yang kita gemakan selama ini?

      Bukankah Firman berkata bahwa sebagai anak Tuhan, mulut kita ada kuasanya... ingatlah Tuhan menciptakan dunia ini dengan perkataan-Nya (Firman Tuhan). Hati-hatilah dengan mulut kita, sebagai anak-anak Tuhan, kita pun mewarisi kuasa-Nya, apa yang kita katakan itulah yang akan bergema dalam hidup kita.

      Perhatikan kehidupan Yusuf dan Daniel, saat mereka mengalami keadaan yang buruk sekalipun, mereka tetap menjaga perkataan mereka, tidak sekalipun mereka mengutuki orang-orang yang mencelakai mereka... bahkan mereka senantiasa mengatakan berkat dan menjadi berkat dimanapun Tuhan menempatkan mereka (contoh: Kejadian 39:5, Daniel 6:21-22, 25-27).

      Jadi apa sebaiknya kita perkatakan dalam hidup ini?
      Dalam hal ini kita harus meneladani Yesus, Matius 4:1-11 mencatat, saat Dia dicobai oleh iblis di padang gurun... Yesus selalu menjawab dengan berkata: "Ada tertulis (dlm firman Tuhan)..."

      Jadi mulai sekarang ini... di dalam segala keadaan, marilah kita mulai perkatakan Firman Tuhan sehingga setiap janji-Nya pasti digenapi dalam hidup kita.

      Tuhan memberkati!

      Sunday, June 13, 2010

      Gaya Hidup Beda sebagai Anak Tuhan (1)

      Dalam Alkitab, ada tokoh-tokoh yang dipakai oleh Tuhan sejak masa mudanya, dan mereka bukan hanya sukses, tapi dalam keadaan apapun Tuhan membuat mereka senantiasa sukses. Beberapa diantaranya adalah:

      1. Yusuf, dalam Kejadian pasal 37, disambung pasal 39-41:46, dikisahkan bahwa:
        • Yusuf dikasihi oleh ayahnya Yakub (Israel) karena Yusuf anak yang lahir pada masa tuanya dan dia melakukan hal yang baik tidak seperti saudara-saudaranya.
        • Tapi Yusuf dibenci saudara-saudaranya sampai akhirnya dijual sebagai budak. Saat menjadi budak di rumah Potifar, Tuhan menyertai Yusuf sampai akhirnya Yusuf menjadi kuasa atas rumah dan milik Potifar (Kej 39:4).
        • Yusuf seorang yang hidup benar, saat diajak berzinah oleh istri Potifar, dia menolaknya tapi malah difitnah dan akhirnya dipenjara.
        • Tuhan selalu menyertai Yusuf sehingga saat Yusuf dalam penjara pun, dia menjadi kesayangan kepala penjara dan dipercaya mengurus semua tahanan.
        • Singkat cerita... akhirnya dari keadaan sebagai ex narapidana, Yusuf lalu diangkat oleh Firaun menjadi kuasa atas Mesir. Saat jadi Perdana Menteri (orang nomor dua) di Mesir, umur Yusuf baru 30 tahun.

      2. Daniel, dalam Daniel pasal 1-6, dikisahkan bahwa:
        • Daniel dipilih sebagai salah satu anak muda yang akan dididik untuk bekerja dalam istana raja, walaupun bagi mereka disediakan pelabur dari santapan raja dan anggur setiap hari, tapi Daniel (Beltsazar) dan 3 kawannya (Sadrakh, Mesakh, Abednego) berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan hal itu. Dia lebih memilih hanya makan sayur dan minum air setiap hari.
        • Dalam Daniel 1:19-20 dicatat bahwa setelah masa pendidikan, didapati oleh raja, bahwa Daniel dan ke-3 kawan Yehudanya sepuluh kali lebih cerdas dari semua orang berilmu di kerajaannya.
        • Kemudian dalam Daniel 2:48 dicatat bahwa raja menjadikan Daniel sebagai penguasa atas seluruh wilayah Babel dan kepala semua orang bijak di Babel.
        • Tidak hanya sampai disitu, dalam pemerintahan raja-raja selanjutnya, Daniel tetap jadi orang yang tinggi kekuasaannya. Daniel 5:29, saat pemerintahan raja Belsyazar, Daniel diberi kekuasaan sebagai orang nomor tiga di kerajaannya. Lalu dalam Daniel 6:29 disebutkan, bahwa Daniel mempunyai kedudukan tinggi pada zaman pemerintahan Darius dan pemerintahan Koresh, orang Persia.

      Perhatikan kehidupan Yusuf dan Daniel, mereka bukan hanya menjadi sukses, tapi dalam segala keadaan... Tuhan senantiasa membuat mereka sukses! Yusuf ditaruh dimanapun (sebagai budak, sebagai narapidana) Tuhan senantiasa membuatnya dikasihi dan menjadi kepercayaan atasannya (second man) hingga akhirnya pun menjadi kuasa atas Mesir (orang nomor dua setelah Firaun); Daniel pun demikian... dalam pemerintahan raja siapapun, Tuhan senantiasa membuatnya dikasihi dan dipercaya oleh raja, sebagai pejabat tinggi bahkan yang tertinggi!

      Apa yang membuat semua hal itu terjadi?
      Jika kita pelajari kisah mereka dalam pasal-pasal diatas, hal itu terjadi karena Tuhan senantiasa menyertai mereka, tapi kenapa Tuhan selalu menyertai mereka?

      Perhatikan di Kejadian 37:2, Alkitab mencatat bahwa sedari muda Yusuf berkelakuan baik dan benar walaupun saudara-saudaranya tidak; lalu perhatikan Daniel 1:8-9, Daniel (dan ketiga kawan sebangsanya) tidak mau menajiskan diri mereka, mereka tetap menjaga kekudusannya dengan tidak makan santapan dan anggur raja, padahal semua anak muda yang lain menyantap hidangan tersebut.

      Kedua tokoh ini memiliki GAYA HIDUP YANG BEDA (= Gaya hidup anak Tuhan)... baik Yusuf maupun Daniel, saat mereka mempraktekkan gaya hidup yang berbeda dengan yang dilakukan oleh lingkungannya, mereka malah mendapatkan kasih dari pemimpinnya.

      Kenapa bisa demikian?
      Matius 6:33 menulis "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."
      Yusuf dan Daniel adalah contoh orang-orang yang mengasihi Tuhan... karena itu dalam hidupnya, mereka mempraktekkan gaya hidup yang berbeda sebagai anak Tuhan. Dan karena mereka lebih dulu mengasihi Tuhan (carilah dahulu Kerajaan Allah...) maka pada akhirnya mereka pun dikasihi oleh atasan atau pemimpin mereka (maka semuanya itu akan ditambahkan...)!

      Demikianlah yang dimaksud dengan mengasihi Tuhan, mengasihi itu bukan cuma perkataan tapi juga perbuatan. Saat kita memiliki dan melakukan gaya hidup yang beda dengan gaya hidup dunia, itu artinya kita mengasihi Tuhan!

      bersambung...

      Monday, May 24, 2010

      Pedoman & Tips dalam Memilih Pasangan Hidup

      Sejak pertama kali manusia diciptakan, Tuhan memberinya kehendak bebas... termasuk dalam memilih pasangan hidup; sehingga tidak ada jodoh yang sudah ditetapkan atau ditentukan oleh Tuhan apalagi jodoh dari lahir, karena itu Tuhan tidak bertanggung jawab atas pilihan pasangan hidup anda, anda sendirilah yang harus memilih dan bertanggung jawab atas pilihan pasangan anda dihadapan Tuhan.

      Tapi walaupun Tuhan memberi kehendak bebas pada kita untuk memilih pasangan hidup, Dia tetap memberikan tuntunan bagi anak-anakNya melalui Alkitab agar kita bisa memilih pasangan yang sesuai. Apalagi memilih pasangan hidup merupakan salah satu keputusan yang terpenting yang harus diambil seseorang dalam hidupnya; mengingat pernikahan itu dirancang oleh Tuhan untuk dilakukan sekali sepanjang hidup kita.

      Mari kita lihat dari Alkitab, beberapa pedoman dalam memilih pasangan hidup agar anda dapat menemukan pasangan yang tepat sehingga mendatangkan tahun-tahun pernikahan yang dapat dinikmati bersama:

      1. Pasangan anda haruslah seorang yang percaya pada Tuhan

        Firman Tuhan menyatakan dalam 2 Korintus 6:14-15, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?"

        Hal ini merupakan dasar utama yang perlu diperhatikan dalam memilih pasangan hidup, karena itu dicantumkan sebagai pedoman yang pertama. Masalah kepercayaan adalah hal yang mendasar karena kepercayaan dapat mempengaruhi semua aspek kehidupan kita.

        Lagipula manusia itu terdiri dari roh, jiwa dan tubuh, dan roh itu kekal. Jika tubuh bersatu tapi rohnya berbeda pasti akan timbul konflik, seperti yang telah disampaikan Firman Tuhan: bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? selain itu adanya perbedaan kepercayaan akan mengakibatkan perbedaan komunikasi dan pandangan hidup, yang akhirnya dapat menimbulkan perselisihan atau bahkan sikap toleransi yang salah seperti membiarkan hal-hal yang bertentangan dengan iman, dan lainnya.

        Dan jangan pernah kita berpikir... mungkin saja saya mendapat pasangan hidup yang berbeda kepercayaan agar setelah menikah, saya bisa memperkenalkannya pada Tuhan Yesus; hati-hatilah karena ini merupakan pemikiran yang keliru, sebab Alkitab tidak pernah mengajarkan hal yang demikian.
      2. Carilah pasangan yang sepadan dengan anda

        Kejadian 2:18, TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."

        Yang dimaksud dengan sepadan adalah:
        • Bukan cocok/sama persis dengan anda, karena pasangan anda bukanlah duplikat dari diri anda;
        • Bukan ideal atau memenuhi 100% standar/kriteria anda;
        • Saling menggenapi dan melengkapi satu sama lain, seseorang yang dapat menerima dan mengasihi pasangan dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

        Di dalam dunia ini tidak ada pasangan yang ideal, karena itu carilah pasangan hidup yang sepadan dengan anda. Perhatikan kisah berikut, tentang seorang yang sedang menunggu bus untuk pergi ke suatu tujuan.

        Sejak pagi orang tersebut telah menunggu bus tujuannya, bus pertama datang dan ternyata telah penuh sesak akhirnya orang tersebut membatalkan untuk naik bus pertama tersebut; beberapa jam kemudian bus ke-2 datang namun ternyata juga banyak penumpang yang berdesakan untuk segera menaiki bus tersebut, akhirnya orang tersebut pun membatalkan untuk menaiki bus ke-2; kemudian datanglah bus ke-3 yang tidak terlalu penuh, namun orang tersebut kembali membatalkan naik bus ke-3 karena bus tersebut tidak ada AC-nya dan kurang menarik; tak terasa waktu pun sudah menuju sore hari... dan akhirnya datang bus ke-4, orang tersebut langsung saja menaiki bus itu karena waktu yang dimilikinya sudah semakin sedikit untuk menuju ke tujuannya; setelah beberapa lama ada dalam bus itu akhirnya orang tersebut tersadar ternyata dia telah menaiki bus ke tujuan yang berbeda/salah jurusan...

        Dalam mencari pasangan, janganlah menetapkan standard yang ideal/kriteria yang tinggi yang mengakibatkan kita tidak pernah dapat menemukan pasangan yang tepat bagi kita, tapi juga jangan asal-asalan memilih sehingga salah tujuan... yang harus diperhatikan adalah kesepadanan antara anda dengan pasangan.

        Kesepadanan ini meliputi aspek kerohanian, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, intelektual, perbedaan usia dan kematangan sikap hidup. Makin banyak aspek yang sesuai berarti pasangan anda makin sepadan dengan anda, makin sepadan anda dengan pasangan maka hubungan akan terjalin makin kuat.

      3. Perhatikan karakternya

        Dalam mencari pasangan, anda juga perlu mempertimbangkan karakternya, seperti ada tertulis dalam Amsal 22:24-25, “Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah, supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri.”

        Karakter pasangan kita akan berpengaruh terhadap diri kita dan kehidupan kita, jika kita bergaul dengan orang yang salah maka kita akan terkena dampaknya.

        Berikut ini sebuah kisah hidup pernikahan yang nyata dan berakhir sedih, akibat karakter pasangan yang pemarah... Beberapa waktu sebelum pernikahannya, Dewi sempat bimbang dengan perangai pacarnya yang kasar dan pemarah, karena ia melihat sang pacar tengah marah memaki-maki seorang pengendara motor yang memotong jalur mobil yang dikendarainya. Tapi, akhirnya mereka menikah juga... dan setelah menikah selama 4 tahun terdengarlah kabar bahwa Dewi menggugat cerai suaminya, saat ditanya Dewi beralasan, ia sudah tidak cocok lagi dengan pasangannya karena karakternya yang sulit ditoleransi selama menikah. ”Suami saya sering marah-marah dan berteriak. Beberapa kali pembantu rumah tangga kami memilih keluar karena tak betah. Marah sama saya? Itu sih sudah tak terhitung lagi,” kata Dewi saat ditanya. ”Bahkan dia juga pernah dipecat dari pekerjaannya, karena dia marah dan menggebrak meja atasannya. Saya pikir dia akan berubah, tapi ternyata tidak,” lanjut Dewi...

        Dalam cerita diatas, Dewi sebenarnya sudah tahu karakter sang suami sebelum mereka menikah tapi dia berpikir bahwa pasangannya mungkin akan berubah setelah menikah, ternyata tidak... Yohanes 3:6 mengatakan, ”Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.” Hanya Roh Kudus yang dapat mengubah karakter seseorang, bukan manusia. Mengenai apa saja yang termasuk karakter yang baik dan tidak baik, anda dapat membacanya di Galatia 5:19-23.

        Lalu bagaimana seandainya jika pasangan saya menutupi karakternya atau berpura-pura selama berkenalan sehingga karakter aslinya baru ketahuan setelah menikah? Amsal 5:21 mencatat, ”Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya.” Jadi janganlah takut... tidak ada satu hal pun yang tersembunyi di hadapan Tuhan, jika dalam mencari pasangan, kita mau mengandalkan Tuhan dan menuruti setiap pedoman-Nya, pasti segala hal yang tersembunyi akan disingkapkan oleh Tuhan.

      Berikut ini tips tambahan bagi yang sedang mencari pasangan agar tidak salah pilih:

      • Carilah di tempat yang tepat
        Jika anda mengikuti pedoman diatas tentunya anda akan menemukan pasangan anda di tempat yang benar bukan di tempat yang tidak benar, karena seorang yang percaya dan takut akan Tuhan pastinya tidak akan berada di tempat yang “gelap”.
      • Minta pertolongan Tuhan
        Berdoa pada Tuhan sebelum memulai hubungan dengan seseorang, minta “tanda” dari Tuhan tapi jangan mendasarkan keputusan semata-mata atas dasar satu “tanda” tersebut. Meskipun kita yakin bahwa "tanda" itu berasal dari Tuhan; tetap pergunakanlah akal budi yang Tuhan berikan dan perhatikan pedoman lainnya apakah mendukung. Eliezer terus menerus mengamati dan menilai Ribka, walaupun ia sudah mendapati bahwa “tanda” yang dimintanya telah dipenuhi (Kejadian 24:12-21).
      • Persetujuan Orang Tua
        Hal penting yang tidak boleh dilupakan adalah persetujuan dari orang tua anda dan orang tua pasangan anda. Mengapa persetujuan orang tua diperlukan? Karena menikah bukan saja antara persatuan anda dan pasangan, tapi juga bersatunya dua keluarga. Pernikahan pasti akan melibatkan keluarga. Lagipula seorang anak selama belum menikah masih berada di bawah otoritas orang tuanya, jadi sudah sewajarnya sebagai anak meminta persetujuan orang tua sebelum menikah. Jika perlu berdoa dan berpuasalah untuk hal itu. Kalau Tuhan bekerja, maka tidak ada yang mustahil.

      DON'T MARRY A PERSON YOU CAN LIVE WITH...
      BUT, MARRY SOMEONE YOU CAN’T LIVE WITHOUT...


      Tuhan memberkati!