Friday, February 25, 2011

Perselingkuhan

Di jaman akhir ini, perselingkuhan sepertinya sudah menjadi hal yang biasa terjadi dalam masyarakat kita bahkan diantara orang-orang Kristen. Padahal dosa perselingkuhan atau perzinahan yang menjadi penyebab utama keretakan hubungan suami istri, merupakan kekejian di mata Tuhan.

Dulu orang cenderung menyangka bahwa perselingkuhan lebih sering terjadi pada pria/wanita setengah baya yang mengalami ’puber kedua’. Namun seiring perkembangan jaman, saat ini perselingkuhan sudah begitu meluas bahkan juga melanda keluarga/pasangan muda. Yang dimaksud perselingkuhan adalah suatu hubungan antara individu baik pria maupun wanita yang sudah menikah ataupun yang belum menikah dengan orang lain yang bukan pasangannya.

Perselingkuhan terjadi karena ada dua pihak yang saling tertarik. Awalnya mungkin hanya satu pihak saja yang merasa tertarik, tapi kemudian dia mengambil tindakan proaktif untuk mendekati pihak lain yang disukainya itu. Contoh, seorang suami tidak lagi merasa dipenuhi kebutuhannya oleh sang istri, lalu dia mencari dan mendapatkan apa yang dibutuhkannya dari wanita idaman lain (WIL), atau sebaliknya jika sang istri yang mencari dan mendapatkan apa yang dibutuhkannya dari pria idaman lain (PIL).

Perselingkuhan atau hubungan gelap di luar nikah merupakan salah satu krisis yang paling menghancurkan dalam pernikahan. Akibat adanya hubungan itu, maka impian, harapan, dan kepercayaan suami/istri yang dikhianati telah dihancurkan oleh pasangannya yang berselingkuh. Firman Tuhan jelas bahwa pernikahan adalah kovenan (perjanjian) antara suami-istri sebagai satu pasangan untuk seumur hidup di dunia. Tapi adanya ketidaksetiaan dalam komitmen pernikahan menjadi celah timbulnya perselingkuhan. Sekurang-kurangnya ada tiga hal atau tahapan yang menyebabkan terjadinya perselingkuhan (perhatikan kisah Raja Daud dan Batsyeba dalam 2 Samuel 11:2-27):

a. Saling Ketertarikan
Awalnya ada ketertarikan spontan dari sisi fisik, menyukai wajah dan penampilannya atau ada sesuatu yang menarik dari orang tersebut, misal: cara bicaranya yang enak dan pas, caranya tertawa atau tersenyum, gaya berpakaian dan sebagainya. Jika tahap ketertarikan ini berlanjut (atau diteruskan) maka umumnya akan ditandai dengan keinginan untuk makin sering bertemu dan berbincang. Lalu mereka pun akan masuk dalam tahap berikutnya.

b. Saling Ketergantungan
Pada tahap ini, mulai ada sharing (isi hati dan perasaan) kepada PIL/WIL, sehingga pada waktu PIL/WIL tidak ada, akan timbul rasa kehilangan. Akibatnya orang yang berselingkuh merasa hidupnya tidak seimbang lagi tanpa adanya PIL/WIL. Semakin hari kebutuhannya akan kehadiran pasangan selingkuhnya semakin meningkat, sampai-sampai jika ada sesuatu yang mengganggunya maka PIL/WIL itulah yang akan dihubunginya terlebih dulu.

c. Saling Memenuhi
Di tahap selanjutnya ini, pasangan yang berselingkuh secara sadar mencoba untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain. Yang mereka lakukan dalam tahap ini bukan lagi hal yang spontan namun sudah terencana seperti: "Bagaimana saya bisa membahagiakan engkau?", "Bagaimana saya bisa selalu memenuhi kebutuhan-kebutuhanmu?", "Bagaimana saya bisa selalu bersamamu?" Secara sadar semua hal ini akan dilakukan, impian-impian terlarang yang direncanakan mulai diwujudkan dengan berbagai cara. Pada tahap ini, perselingkuhan sudah mencapai level dosa yang matang, ada tindakan yang dilakukan oleh pasangan yang berselingkuh agar bisa hidup bersama, seperti bercerai dari pasangan lama, atau bahkan pembunuhan seperti yang Raja Daud lakukan pada Uria (suami Batsyeba).

Ada seorang wanita berusia 38 tahun berkisah: Saya punya 3 anak dengan usia 10-14 tahun, karier mapan dengan jabatan yang lumayan dan seringkali tugas keluar kota bahkan keluar negeri. Walaupun sibuk namun saat tidak keluar kota, saya selalu berusaha pulang sebelum jam 7 malam. Hidup pernikahan kami awalnya baik-baik saja sampai setahun yang lalu, suami mulai sering terlambat pulang dengan alasan yang bermacam-macam.

Sebulan yang lalu, saya dikejutkan oleh telepon dari seorang wanita muda yang berkata bahwa dia adalah simpanan suami saya. Perasaan shock, marah, benci, dan dendam campur aduk dalam hati saya, apalagi saat saya konfirmasikan ke suami, dia membenarkannya (walaupun awalnya dia tidak langsung mengaku), dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi.

Tapi setelah membongkar perselingkuhan suami, saya malah jadi sulit tidur, seperti ada rasa sesak dan panas di dada, juga perasaan berdebar-debar yang tidak bisa saya kontrol, saya merasa seperti mau mati saja. Saya ingin marah pada Tuhan dan pada siapa saja termasuk diri sendiri kenapa hal demikian bisa terjadi dalam kehidupan pernikahan saya?!


Apa yang harus dilakukan jika perselingkuhan sampai terjadi dalam pernikahan?
  1. Minta pada Tuhan Yesus untuk memperbaiki dan menyembuhkan pernikahan anda.
  2. Usahakan untuk tidak bersikap bermusuhan dengan pasangan. Jangan menyindir atau menghina pasangan, tapi lakukan introspeksi diri. Bukankah Tuhan Yesus mengajarkan agar kita melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukan diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain.
  3. Jika pasangan belum mau terbuka, jangan terlalu mendesaknya. Dengan sabar mintalah dia untuk terbuka pada anda.
  4. Jangan menganggap anda tahu perasaan atau pikiran pasangan anda.
  5. Jangan bertanya, "Mengapa engkau merasa demikian?", "Mengapa engkau melakukan hal itu?" Jika dipojokkan, orang mungkin akan mengarang-ngarang suatu jawaban.
  6. Mintalah pasangan untuk memberi tahu apa penilaiannya mengenai anda, dan jangan membela diri anda.
  7. Jangan menghakimi pasangan.
  8. Jika anda terlalu marah, sedih dan terluka, janganlah berbicara pada saat itu.
  9. Lakukan tindakan rekonsiliasi/pemulihan hubungan pernikahan anda dengan sikap keterbukaan, tidak membela diri, dan mau memaafkan.
Banyak perselingkuhan yang sebenarnya dapat dihindari dengan menyadari tanda-tanda peringatan dini akan adanya suatu hubungan gelap. Seperti kisah diatas, sang istri sebenarnya bisa menyadari karena setahun terakhir suaminya mulai sering pulang terlambat. Namun hal yang patut disayangkan adalah adanya ’over confidence’ dari pasangan orang percaya bahkan hamba-hamba Tuhan bahwa perselingkuhan tidak mungkin terjadi dalam kehidupan pernikahan mereka.

Ingatlah kembali kisah Raja Daud dan Batsyeba, betapapun Raja Daud begitu intim dan dekat dengan Tuhan, namun dia pun bisa jatuh ke dalam dosa perselingkuhan. Tidak ada seorang pun yang kebal terhadap dosa, jadi senantiasalah berjaga-jaga. Untuk jenis dosa seksual, salah satu cara ampuh mengatasinya adalah dengan bertindak seperti yang Yusuf lakukan saat dirayu oleh isteri Potifar; sebelum jatuh dalam dosa, Yusuf melarikan diri. Demikian harusnya sikap suami/istri terhadap kemungkinan adanya dosa perselingkuhan (perzinahan) dalam pernikahan, jauhkan diri anda dari hal itu!

Tuhan memberkati...