Sunday, November 4, 2012

My God My Hero

Tuhan Yesus dikenal dengan banyak sebutan, seperti yang tertulis dalam Yesaya 6:9 salah satunya adalah "Allah yang perkasa" yang juga diterjemahkan sebagai "pahlawan perkasa" atau "pahlawan ilahi." Allah sebagai pahlawan, pahlawan yang perkasa! Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat kita, tapi pernahkah kita terpikir untuk menjadikan Dia sebagai pahlawan kita juga?

Saya mencari arti "pahlawan" melalui kamus dan inilah pengertiannya:

1. Seorang dengan kemampuan yang berani, dikagumi karena perbuatan berani dan sifat-sifat mulia.

2. Seseorang yang, menurut pendapat orang lain, memiliki kualitas heroik atau telah melakukan tindakan heroik dan dianggap sebagai model atau ideal. Contohnya: seseorang dianggap pahlawan lokal ketika ia menyelamatkan anak tenggelam.

3. Karakter pria utama dalam cerita, film dan lain-lain.

Ketika saya pertama kali membaca definisi itu, saya berpikir, "Wow, ini benar-benar cocok dengan apa yang saya tahu tentang Yesus." Bukankah Tuhan Yesus telah melakukan perbuatan-perbuatan yang berani dan memiliki sifat-sifat yang mulia? Dia bukan hanya menyelamatkan anak tenggelam tapi seluruh umat manusia. Yesus berdarah karena disiksa dan mati disalib bagi kita. Selama hidup di dunia, Dia mengendalikan pikiran-Nya, disiplin perbuatan-Nya, dan memberikan hidup-Nya untuk melakukan kehendak Allah Bapa-Nya. Dilakukan-Nya hal itu hari demi hari, tanpa pamrih hingga pada akhir ketaatan-Nya di kayu salib. Dia mengubah sejarah manusia selama-lamanya dengan mematahkan dosa turunan akibat ketidaktaatan Adam dan memberikan jalan keselamatan untuk manusia kembali hidup bersama dengan Allah seperti yang seharusnya di Taman Eden. That’s a true hero!

Sewaktu kecil banyak diantara kita yang memiliki “hero-hero” dalam pikirannya, biasanya yang dijadikan pahlawan adalah tokoh superhero yang ada dalam cerita komik atau film-film. Kenapa kita cenderung menjadikan mereka sebagai pahlawan atau idola? Karena tokoh-tokoh itu melakukan, menurut pikiran kita saat itu, sesuatu yang luar biasa, sesuatu yang ingin kita tiru atau teladani.

Setiap orangtua, suami-istri, tanyakan pada anak-anak kita, siapa yang mereka jadikan pahlawan saat ini? Banyak anak-anak muda sekarang ini menjadikan aktor, aktris, penyanyi, grup musik dan sebagainya sebagai pahlawan atau idolanya. Mereka pun meniru gaya dan dandanan pahlawan yang ditirunya, bahkan mungkin cara berpikirnya. Kenapa hal ini bisa terjadi? Sebagai orang percaya, harusnya kita menjadikan Tuhan sebagai pahlawan kita, idola kita, teladan kita. Tuhan memang tidak kelihatan secara fisik tapi Tuhan memiliki image (gambaran) diri-Nya yang dapat dilihat, Kejadian 1:27 mencatat: “Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”

Jadi seharusnya melalui figur laki-laki dan perempuan (baca: figur Ayah-Ibu atau Suami-Istri) maka anak-anak dapat melihat gambaran Allah secara lengkap. Sayangnya, banyak orangtua yang belum dapat memenuhi kriteria yang benar sebagai gambaran Allah. Setiap orangtua/suami-istri harus menyadari bahwa anda masing-masing membawa citra Allah dalam hidup anda, karena itu seharusnya orangtua bisa dan harus menjadi teladan bagi anak-anaknya, sehingga anak-anak bisa melihat gambaran Allah yang sesungguhnya dan meneladaninya.

Jika seorang ayah/suami terbiasa melakukan tindakan kekerasan, memukul istri, memukul anak, mabuk atau merokok, bahkan jarang pulang, bagaimana mungkin anaknya akan menganggap ayahnya sebagai teladan? Lalu, bagaimana mungkin pula anak itu percaya bahwa Tuhan Yesus yang seharusnya tercitra dalam hidup ayahnya itu ada atau menjadi pahlawannya? Begitu pula, jika seorang ibu/istri yang sibuk bekerja atau sibuk mengurus dirinya sendiri atau lebih sering bepergian untuk arisan, shopping dan sebagainya, sehingga tidak ada waktu bagi anak-anaknya, bagaimana bisa menjadi teladan bagi mereka? Jangan-jangan anak-anaknya akan beranggapan bahwa Tuhan tentu lebih sibuk lagi dari ibunya dan lebih susah lagi untuk ditemui...

Ketidak adaan figur yang dapat diteladani dengan benar, yang seharusnya dapat dicitrakan oleh setiap orangtua sebagai gambaran Allah di muka bumi, mengakibatkan banyak anak-anak yang mencari “pahlawan-pahlawan semu” diluar rumah, yang di jaman teknologi informasi ini lebih mudah dijangkau melalui multimedia elektronik, socialmedia dan sebagainya. Hal ini tentu membahayakan kehidupan anak-anak muda, generasi penerus kita. Banyak tipu muslihat iblis yang disisipkan secara terselubung melalui musik-musik dunia atau film-film dunia atau segala keindahan dunia yang semu ini. Sebagai orang percaya, tentunya kita tidak mau melihat anak-anak kita menjadi rusak atau terpengaruh hal-hal demikian.

Marilah setiap orangtua/suami-istri terlebih dulu menjadikan Tuhan Yesus sebagai pahlawan untuk diteladani dalam hidupnya, dimulai dari ayah/suami sebagai kepala keluarga, kemudian ibu/istri sebagai tiang doa dan penolong. Saat orangtua/suami-istri melakukan hal ini maka Tuhan juga akan menjadikan mereka sebagai “pahlawan” bagi anak-anaknya, yang akan meneladani cara hidup benar dari orangtuanya. Bukankah suatu hal yang indah jika kita dan juga keturunan kita bisa hidup dan berjalan bersama “pahlawan yang sejati” yaitu Tuhan Yesus Kristus, seumur hidup kita, bahkan kita pun akan dijadikan-Nya pahlawan-pahlawan iman seperti tokoh-tokoh yang ada dalam Alkitab.

Ulangan 3:24 Ya, Tuhan ALLAH, Engkau telah mulai memperlihatkan kepada hamba-Mu ini kebesaran-Mu dan tangan-Mu yang kuat; sebab allah manakah di langit dan di bumi, yang dapat melakukan perbuatan perkasa seperti Engkau?

Monday, October 8, 2012

Go to the Next Level

Setiap keluarga tentunya menginginkan keadaan yang lebih baik dalam segala hal. Yang tadinya belum punya rumah alias ngontrak, pasti ingin membeli rumah; yang belum punya anak tentunya ingin segera punya anak; dan sebagainya.

Masuk dalam keadaan yang lebih baik, itulah pengertian sederhana dari istilah NEXT LEVEL (naik tingkat). Naik tingkat berarti keadaan kita dipromosikan ke level yang lebih baik, bukan hanya secara rohani tapi juga secara jasmani. Tuhan rindu sekali untuk membawa anak-anak-Nya naik ke level berikutnya. Seperti janji-Nya, bahwa kita akan menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, kita akan tetap naik dan bukan turun, apabila kita senantiasa mendengarkan perintah TUHAN. Seorang yang naik tingkat berarti mendapat promosi dari Tuhan untuk makin luas pandangannya, makin besar tanggung jawab, makin mengerti apa kehendak Tuhan dan tentunya makin diberkati oleh Tuhan.

Promosi tidak hanya berdampak bagi diri kita sendiri tapi juga bagi lingkungan sekeliling kita. Contohnya dalam sebuah keluarga, jika ada anggota keluarga yang mengalami promosi, tentunya anggota keluarga lainnya juga akan turut menikmatinya. Sayangnya tidak setiap orang percaya bisa mengalami kenaikan tingkat ini walaupun sebenarnya ingin, karena tidak setiap orang sungguh-sungguh berusaha meraihnya. Banyak orang yang hanya ingin hasilnya tanpa mengikuti ujiannya, padahal tanpa ujian tidak akan ada kenaikan tingkat.

Ada seorang anak SD yang pernah bertanya kepada gurunya, “Ibu guru, apakah saya boleh tidak mengikuti ujian akhir?” Jawab bu guru, “Boleh saja kamu tidak ikut ujian, tetapi selamanya kamu harus berada di kelas ini, karena untuk bisa naik kelas, kamu harus ikut ujian dan lulus.” Tentu tidak ada seorang anak yang mau tetap di kelas yang sama apalagi jika teman-temannya sudah naik kelas/lulus sekolah. Kita pun tentu tidak mau menerima keadaan yang hanya begini-begini saja tanpa ada perubahan yang lebih baik.

Oleh karena itu setiap anak Tuhan, apalagi sebagai suami atau ayah, harus siap dan percaya bahwa melalui setiap ujian yang dihadapi, pada akhirnya akan mendatangkan promosi ke tingkat yang lebih tinggi bagi dirinya dan keluarganya. Inisiatif harus dimulai dari seorang suami atau ayah, karena Tuhan menetapkan laki-laki sebagai kepala keluarga baik secara jasmani dan rohani; tapi tentunya para istri atau ibu jangan juga melupakan perannya sebagai penolong dan tiang doa dalam rumah tangga. Dengan kesiapan suami dan dukungan istri maka setiap ujian pasti dapat dilalui, dan sekeluarga akan mengalami promosi, akan tetap naik dan bukan turun.

Bagaimana caranya agar kita bisa mengalami promosi/kenaikan tingkat?

1. Waktu Tuhan

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Jelas apa yang di sampaikan bahwa untuk segala sesuatu ada waktunya, dan kita tidak bisa memaksa bila belum waktunya. Kita harus menangkap pesan Tuhan melalui Gembala Pembina, bahwa tahun 2012 ini adalah tahun perkenanan Tuhan, itu berarti pula bahwa tahun ini adalah waktu-Nya Tuhan untuk mencurahkan perkenanan-Nya bagi kita, tahun ini adalah saat yang tepat bagi keluarga-keluarga dan orang percaya untuk mengalami promosi dari Tuhan. Jangan tunda lagi, berusahalah untuk meraih janji Tuhan di tahun 2012 ini sehingga multiplikasi dan promosi terjadi dalam kehidupan keluarga kita.

2. Ketaatan

Ulangan 28:1 “Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.” Demikian dikatakan oleh Firman Tuhan, ketaatan pada Tuhan adalah cara untuk mengalami promosi. Ketaatan bukanlah pilihan melainkan keputusan yang harus kita ambil. Perkenanan Tuhan akan ada jika kita melakukan apa yang Tuhan minta untuk kita lakukan hari-hari ini. Mari setiap ayah atau suami mengambil inisiatif untuk mengajak seluruh anggota keluarga melakukan apa yang Tuhan minta, bangun mezbah keluarga, ajarkan Firman Tuhan pada anak-anak sedari dini, dan mulai berjalan taat dalam tuntunan-Nya, pasti berkat Tuhan akan dicurahkan seperti yang dijanjikan-Nya.

3. Perubahan Paradigma

Paradigma adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang berpengaruh pada cara berpikir, bersikap dan bertingkah laku. Paradigma sangat berpengaruh pada cara kita hidup, sebab sebagaimana paradigma kita maka begitulah jadinya kehidupan kita. Paradigma harus diperbaharui, seperti tertulis di Roma 12:2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Antara suami dan istri harus ada perubahan paradigma dari keadaan sebelum dengan sesudah menikah, dari keadaan sebelum dengan sesudah memiliki anak, dan seterusnya. Setiap ada perubahan kondisi tentunya memerlukan adanya perubahan paradigma, sehingga setiap pasangan bisa beradaptasi dengan keadaan dan mengurangi friksi yang muncul. Keharmonisan dalam keluarga tercipta oleh adanya paradigma yang tepat dan tentunya kesepakatan suami-istri didalamnya.

4. Hidup oleh Roh

Roma 8:8 “Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.” Perkenanan Tuhan sebagai syarat promosi, akan ada jika kita hidup dalam Roh bukan dalam daging. Sebagai anak Tuhan setiap hari kita harus belajar untuk melawan keinginan daging dan hidup dalam tuntunan Roh Kudus, inilah yang dinamakan peperangan rohani. Seringkali kita kurang menyadari hal ini, sehingga kita banyak dikalahkan oleh keinginan daging dan roh-roh jahat, akibatnya promosi hanya menjadi harapan bukan kenyataan. Inilah pentingnya membangun mezbah dalam keluarga kita, dengan adanya mezbah keluarga maka otomatis seorang suami atau ayah akan mengajarkan pada istri dan anak-anaknya untuk hidup dalam tuntunan Roh. Semakin sering mezbah diadakan, akan semakin peka keluarga itu pada tuntunan Roh Kudus, yang menuntun dari satu promosi kepada promosi berikutnya.

Dalam suatu acara permainan/lomba di TV, diperlihatkan berbagai tantangan yang memacu adrenalin peserta maupun penontonnya. Berbagai lomba yang penuh resiko dan tantangan tinggi diadakan, mulai dari perlombaan ketangkasan diatas ketinggian sampai perlombaan menjijikkan seperti memakan makanan yang tidak layak dimakan atau masuk dalam tempat-tempat yang menjijikan. Namun hadiah yang disediakan bagi pemenangnya adalah uang puluhan bahkan ratusan ribu dollar atau paket wisata ke luar negeri! Setiap permainan atau lomba yang menarik tentu sebanding dengan hadiahnya; lomba yang mudah, hadiahnya tentu sederhana sedangkan lomba yang penuh tantangan, imbalannya tentu hadiah yang besar pula.

Demikian pula dengan hidup kita. Semakin sulit ujian yang harus kita hadapi, semakin tinggi level yang Tuhan sediakan untuk kita capai. Karena itu, jangan menyerah! Tetap percaya dan andalkan Tuhan saat menghadapi ujian, karena kita tahu dibalik setiap ujian tersedia promosi yang menarik dari Tuhan!

Gbu...

Monday, September 24, 2012

Monday, September 17, 2012

Next Level

Tiap orang tentu ingin punya keadaan yang lebih baik dalam segala hal. Yang tadinya belum punya rumah alias ngontrak pasti ingin beli rumah, yang sudah punya rumah mau rumahnya lebih bagus lagi dan seterusnya. Masuk dalam keadaan yang lebih baik, itulah pengertian sederhana dari istilah NEXT LEVEL (naik tingkat). Naik tingkat = dipromosikan ke level yang lebih baik, bukan hanya secara rohani tapi juga secara jasmani.

Tuhan rindu sekali untuk membawa kita, anak-anak-Nya untuk naik ke level berikutnya. Seperti janji Tuhan di Ulangan 28:13, bahwa kita akan menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, kita akan tetap naik dan bukan turun, apabila kita senantiasa mendengarkan perintah TUHAN. Jadi selain semakin diberkati, naik tingkat juga berarti makin besar tanggung jawab dan makin mengerti apa kehendak Tuhan.

Sayangnya tidak setiap anak Tuhan bisa mengalami hal ini walaupun sebenarnya ingin, karena tidak setiap orang sungguh-sungguh berusaha meraihnya. Banyak orang yang hanya ingin hasilnya tanpa mengikuti ujiannya, padahal tanpa ujian tidak akan ada kenaikan tingkat. Ada seorang anak SD yang pernah bertanya kepada gurunya, "Ibu guru, apakah saya boleh tidak mengikuti ujian akhir?" Jawab ibu guru, "Boleh saja kamu tidak ikut ujian, tetapi selamanya kamu harus berada di kelas ini, karena untuk bisa naik kelas, kamu harus ikut ujian dan lulus." Tentu tidak ada seorang anak yang mau tetap ada di kelas yang sama apalagi jika teman-temannya sudah naik kelas/lulus sekolah. Kita pun tentu tidak mau menerima keadaan yang hanya begini-begini saja tanpa ada perubahan yang lebih baik.

Jadi kalau mau punya keadaan lebih baik, kita juga harus siap dan percaya bahwa setiap ujian yang dihadapi, pada akhirnya akan mendatangkan promosi ke tingkat yang lebih tinggi, bagi diri kita dan juga lingkungan sekitar kita. Respon percaya dan siap ini harus dimulai dari seorang suami atau ayah, karena Tuhan menetapkan laki-laki sebagai kepala keluarga baik secara jasmani dan rohani; tapi tentunya para istri atau ibu jangan juga melupakan perannya sebagai penolong dan tiang doa dalam rumah tangga. Dengan kesiapan suami dan dukungan istri maka setiap ujian pasti dapat dilalui, dan sekeluarga akan mengalami promosi, akan tetap naik dan bukan turun.

Bagaimana caranya agar kita bisa mengalami promosi/next level/kenaikan tingkat?

1. Waktu Tuhan

Pkh 3:1 "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." Jelas apa yang di sampaikan bahwa untuk segala sesuatu ada waktunya, dan kita tidak bisa memaksa bila belum waktunya. Kita harus menangkap pesan Tuhan melalui Gembala Pembina Pdt Ir. Niko N, bahwa tahun 2012 ini adalah tahun perkenanan Tuhan, itu berarti pula bahwa tahun ini adalah waktu-Nya Tuhan untuk mencurahkan perkenanan-Nya bagi kita, tahun ini adalah saat yang tepat bagi keluarga-keluarga dan orang percaya untuk mengalami promosi dari Tuhan. Jangan tunda lagi, berusahalah untuk meraih janji Tuhan di tahun 2012 ini sehingga multiplikasi dan promosi terjadi dalam kehidupan kita.

2. Perubahan Paradigma

Paradigma adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang berpengaruh pada cara berpikir, bersikap dan bertingkah laku. Paradigma sangat berpengaruh pada cara kita hidup, sebab sebagaimana paradigma kita maka begitulah jadinya kehidupan kita. Paradigma harus diperbaharui, seperti tertulis di Roma 12:2 "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." Tuhan kita adalah Tuhan yang dinamis, Dia bisa saja memakai cara yang berbeda untuk memecahkan masalah yang kelihatannya sama (Keluaran 17:6, Bilangan 20:8-12). Jadi jangan batasi kuasa Tuhan dengan pikiran kita.

3. Hidup oleh Roh

Roma 8:8 "Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah." Kalau hidup dalam daging -> tidak berkenan, tanpa perkenanan Tuhan -> tidak ada promosi/ next level. Jadi agar bisa berkenan kita harus hidup dalam Roh -> sebagai anak Tuhan tiap hari kita harus belajar untuk melawan keinginan daging dan hidup dalam tuntunan Roh Kudus, inilah yang dinamakan peperangan rohani. Seringkali kita kurang menyadari hal ini, sehingga kita banyak dikalahkan oleh keinginan daging dan roh-roh jahat, akibatnya promosi hanya menjadi harapan bukan kenyataan.

Inilah pentingnya membangun mezbah pribadi dan keluarga, dengan adanya mezbah maka otomatis ada perlindungan dan tuntunan Roh Kudus atas hidup kita. Semakin sering mezbah kita adakan, akan semakin peka kita pada tuntunan Roh Kudus, yang akan membawa kita dari satu promosi kepada promosi berikutnya, dari satu tingkat ke tingkat lebih tinggi.

Dalam setiap lomba pasti disediakan hadiah, suatu lomba yang menarik tentu hadiahnya akan sebanding dengan tantangannya; lomba yang mudah, hadiahnya tentu sederhana sedangkan lomba yang penuh resiko, imbalannya tentu hadiah yang besar pula.

Demikian pula dengan hidup kita. Semakin sulit ujian yang harus kita hadapi, semakin tinggi level yang Tuhan sediakan untuk kita capai. Karena itu, jangan menyerah! Tetap percaya dan andalkan Tuhan saat menghadapi ujian, karena kita tahu dibalik setiap ujian tersedia promosi yang menarik dari Tuhan!

God bless you!

Tuesday, July 10, 2012

Perkenanan ada jika kita hidup berkenan

Tahun 2012 adalah tahun Perkenanan Tuhan. Setiap perkenanan pasti bicara tentang berkat seperti tertulis dalam Ulangan 33:23a: Tentang Naftali ia berkata: "Naftali kenyang dengan perkenanan dan penuh dengan berkat TUHAN... Jadi perkenanan Tuhan berarti Tuhan dengan senang hati, mengabulkan permintaan, dan memberikan berkat, bukan yang biasa-biasa tapi yang luar biasa!

Tapi ingat janji Tuhan hanya berlaku jika kita juga mengerjakan bagian kita...ini yang seringkali kita lupakan, kita hanya mau terima berkat-Nya tapi tidak mau melakukan bagian kita, sebagai contoh di ayat ini, Matius 6:26: Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?

Seringkali kita berpikir tidak perlu menabur/menuai, santai saja...tidak perlu kerja keras karena berkat kan dari Tuhan... pendapat itu memang ada betulnya yaitu kita tidak perlu kerja keras, banting tulang, dll seperti orang yang tidak mengenal Tuhan, namun bukan berarti kita tidak perlu usaha semaksimal mungkin. Justrunya sebagai orang yang percaya kita harus berusaha maksimal sekaligus berserah pada kehendak-Nya...itu yang membuat kita tidak perlu 'ngoyo' ...asalkan kita sungguh-sungguh Tuhan pasti akan memberkati.

Bukan kebetulan Tuhan memakai burung sebagai perumpamaan dalam ayat tersebut, tahukah anda...ada penelitian yang menyelidiki kebiasaan burung-burung dalam mencari makanannya, berikut ini sebagian hasilnya:
a. Burung Murai, bangun pukul 02.30 pagi kemudian mencari makanan hingga pukul 21.30 (total 19 jam), bolak-balik ke sarang sekitar 200 kali sehari untuk memberi makan anak-anaknya.
b. Burung Tikus, bangun pukul 03.00 pagi dan bekerja hingga pukul 21.00 (18 jam). Mereka bisa mengumpulkan 400 ekor ulat sehari.
c. Burung Hitam, bangun pukul 04.00 pagi dan bekerja hingga pukul 21.00 (17 jam). Bolak-balik ke sarang 100 kali sehari untuk memberi makan anak-anaknya.

Apakah ada yang diantara orang yang percaya yang bekerja seperti burung-burung ini hanya agar bisa makan? Umumnya kita bekerja sekitar 40 jam seminggu atau 8 jam per hari (untuk 5 hari kerja). Berarti benar bukan, bahwa Tuhan memberkati kita melebihi burung-burung itu.

Ingatlah, kita tidak bisa hanya diam dan berdoa minta Tuhan memberkati secara ajaib...tanpa melakukan apa yang jadi bagian kita, belajarlah dari semangat dan keuletan burung-burung itu.

Nah, demikian pula perkenanan Tuhan juga bicara soal penerimaan (acceptance) Tuhan atas kita, Tuhan senang atas kita (delight in us); jadi perkenanan Tuhan ada atas kita jika kita sendiri juga melakukan hal yang berkenan kepada-Nya!

Bagaimana caranya agar kita bisa berkenan kepada-Nya?

1. Kisah 13:22 Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.

to whom also he gave their testimony, and said, I have found David the son of Jesse, a man after mine own heart, which shall fulfil all my will.

A man after mine own heart = seorang pria di hati-Ku, di hati Tuhan…artinya Daud ini seorang yang dekat dengan Tuhan! Punya hubungan yang spesial dengan Tuhan, hubungan yang sangat intim.

Hal pertama yang harus kita lakukan jika mau berkenan: punya hubungan yang intim dengan Tuhan, caranya? Doa, doa dan DOA.

Doa adalah satu-satunya cara kita untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Jika itu kita lakukan setiap saat maka semakin hari tentu kita akan semakin mengenal Dia dan intim dengan-Nya.

2. Perhatikan kisah Kain & Habel dalam Kej.4:4-5, mereka sama-sama mempersembahkan sesuatu untuk Tuhan, namun hanya persembahan Habel yang diterima Tuhan = Tuhan hanya kerkenan pada Habel.

Kenapa? Dalam KJV dipakai kata respect -> Tuhan respek/menerima persembahan Habel, Tuhan respek karena Habel juga memberi persembahan dengan respek, dengan hormat, dengan takut akan Tuhan. Ini berhubungan dengan KARAKTER -> Tuhan berkenan pada seseorang karena orang tersebut melakukan hal yang berkenan kepada-Nya!

Karakter = tabiat/kebiasaan, suatu sistem keyakinan/kebiasaan yang mengarahkan tindakan seseorang, yang terbentuk oleh PIKIRAN. Sejak kecil seseorang dibentuk dari pikiran-pikiran yang dipengaruhi oleh orangtua, keluarga dan sekelilingnya sehingga terciptalah tabiat/kebiasaan itu.

Bagaimana cara merubah karakter manusia?
a. Roma 8:8 Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Jadi agar bisa berkenan, kita harus hidup dalam Roh.
b. Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (KJV: And be not conformed to this world: but be ye transformed by the renewing of your mind, that ye may prove what is that good, and acceptable, and perfect, will of God).

Hal kedua yang harus dilakukan jika mau berkenan: menjadi manusia baru (pembaharuan pikiran), yang hidup di dalam tuntunan Roh Kudus.

Galatia 5:24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

Tuhan memberkati!

Wednesday, March 14, 2012

Hidup dalam Roh

Perkenanan atau persetujuan berhubungan dengan tindakan seseorang yang mendatangkan persetujuan atau perkenanan tersebut. Contohnya dalam Kejadian 4:3-5 mengenai persembahan Kain dan Habel, dimana Tuhan berkenan kepada persembahan Habel namun tidak pada persembahan Kain.

Kita dapat melihat bahwa perkenanan tidak ada hubungannya dengan persembahan (karena baik Kain maupun Habel keduanya sama-sama mempersembahkan sesuatu), juga tidak ada hubungannya dengan nilai persembahan (Kain mempersembahkan hasil tanah, sedangkan Habel mempersembahkan lemak dombanya). Kenapa Tuhan berkenan pada persembahan Habel? 1 Samuel 16:7 menjelaskan bahwa Tuhan melihat hati!

Jadi Tuhan tidak melihat tindakan seseorang secara jasmani melainkan secara rohani, bukan persembahan kita yang menjadi pertimbangan-Nya untuk berkenan melainkan siapa diri kita, bagaimana sikap hati kita yang benar di hadapan-Nya...itulah yang mendatangkan perkenanan-Nya atas kita. Atau secara singkat: perkenanan Tuhan ada pada orang yang benar.

Bagaimana caranya agar kita bisa menjadi orang benar?

PL: Mazmur 37:30-31, orang benar punya taurat Tuhan dalam hatinya, taurat bicara mengenai Hukum Tuhan. Namun hukum Taurat itu tidak mudah untuk dilakukan, sehingga sulit untuk menjadi orang benar sesuai standar hukum Taurat.

PB: Roma 8:3-4, puji Tuhan...kedatangan Tuhan Yesus ke dunia dan karya penebusan-Nya di kayu salib telah membuat semua tuntutan hukum Taurat itu bisa digenapi asalkan kita tidak hidup menurut daging, melainkan menurut Roh!

Bahkan dalam Roma 8:8 lebih jelas lagi ditekankan bahwa: Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.

Jadi agar berkenan kepada Allah atau menjadi orang benar, maka kita harus hidup dalam Roh, hidup dipimpin oleh Roh Tuhan.

Lalu, bagaimana caranya agar bisa hidup dalam Roh?

1. Galatia 2:20a: namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Hal pertama yang harus dilakukan jika mau hidup dalam Roh adalah dengan menerima Kristus untuk hidup dalam diri kita, artinya menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi kita. Yang dimaksudkan disini bukanlah perkara menjadi orang Kristen atau dibaptis, melainkan kita sebagai pribadi yang sadar bahwa tadinya kita ini adalah manusia berdosa yang kehilangan kemuliaan Allah, mau bertobat (tanpa paksaan apapun, atau adat istiadat, atau alasan apapun) lalu menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.

Menerima Kristus adalah tindakan awal kita untuk bisa hidup dalam Roh, karena saat kita menerima Kristus dan mengijinkan-Nya hidup dalam diri kita maka di saat yang sama kita juga telah menerima Roh Kudus.

2. Jika dalam hidup jasmani kita memerlukan makanan/minuman rohani untuk bisa bertumbuh dan bertahan hidup, maka hal yang sama juga diperlukan saat kita hidup dalam Roh. Berapa kali kita makan dalam sehari? Umumnya 3x, makan pagi, siang dan malam...tapi coba kita introspeksi diri kita, berapa kali kita makan makanan rohani dalam sehari?

Hal kedua yang harus dilakukan jika mau hidup dalam Roh adalah makan & minum secara rohani, dan itu berarti sering membaca, merenungkan, melakukan Firman Tuhan serta membangun hubungan pribadi dengan Tuhan (doa, saat teduh).

3. Galatia 2:20b: Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Hal ketiga yang harus dilakukan adalah hidup oleh iman dalam Yesus Kristus.

Ibrani 11:6 menegaskan bahwa: tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.

Kita telah hidup sebagai anak Tuhan walaupun masih tinggal dalam dunia ini, jadi cara hidup kita bukanlah cara hidup yang lama: jika sudah melihat baru percaya, jika sudah mengerti baru melakukan; hidup yang baru sebagai anak Tuhan adalah berjalan bersama Dia dan itu membutuhkan iman, karena seringkali kita belum melihat atau tidak mengerti Dia namun karena percaya kepada-Nya maka kita taat dan melakukan...itulah iman! Jika mengerti baru melakukan itu bukan iman melainkan pengetahuan.

4. Saat ini kita hidup di akhir jaman, dan perihal ini diumpamakan dalam Matius 25 seperti 5 gadis bijak dan 5 gadis bodoh, mengenai 2 tipe gadis ini bisa kita simpulkan bahwa:
- Keduanya sama-sama punya minyak, minyak = urapan Roh Kudus.
- Perbedaanya, yang bijak punya persediaan minyak, sedangkan yang bodoh tidak punya.

Persediaan minyak ini = kepenuhan Roh Kudus, Efesus 5:18 mencatat: hendaklah kamu penuh dengan Roh. Kepenuhan Roh Kudus hanya bisa diperoleh melalui pergaulan/hubungan yang intim dengan Tuhan...inilah hal keempat yang harus dilakukan.

Saat kita penuh dengan Roh Kudus maka tidak mungkin lagi kita berbuat dosa, ada kuasa Roh yang kuat yang menegur, mengingatkan bahkan mencegah kita untuk berdosa!
Semakin kita penuh Roh akan semakin kuat kuasa itu bekerja dalam hidup kita dan otomatis hidup kita menjadi benar.

Yesaya 59:1-2: Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.

Saat hidup kita benar atau tidak berdosa (ada pemberesan setiap saat atas dosa-dosa kita) maka yang terjadi adalah tangan TUHAN akan menyelamatkan dan Dia mendengar setiap seruan kita...bukankah itu sama dengan perkenanan-Nya atas kita.

Tuhan memberkati!

Sunday, February 19, 2012

Gaya Hidup yang Berkenan

Perkenanan bicara mengenai persetujuan, perkenanan Tuhan berarti ada penyertaan dan berkat khusus dari Tuhan untuk kita. Itu berarti Tuhan akan membuat perjalanan kita berhasil karena Dia sendiri yang menuntun dan menetapkan langkah kita.

Ada banyak contoh dari tokoh-tokoh Alkitab yang mendapatkan perkenanan Tuhan antara lain:
a. Habel, Kejadian 4:3-5
b. Nuh, Kejadian 8:20-21, 9:1
c. Daud, Kisah 13:22

Dari kisah hidup tokoh-tokoh Alkitab itu bisa ditarik satu benang merah yang menghubungkan mereka semua, suatu tindakan yang menyebabkan perkenanan Tuhan ada dalam hidup mereka.

Benang merah itu adalah gaya hidup mereka yang berkenan di mata Tuhan! Mereka melakukan apa yang berkenan di mata Tuhan (pribadi mereka sendiri yang berkenan kepada-Nya, bukan apa yang mereka persembahkan) sehingga perkenanan Tuhan pun dicurahkan bagi mereka.

Tahun 2012 adalah kairos Tuhan, tahun Perkenanan Tuhan; jika kita mau mendapatkan perkenanan Tuhan maka satu-satunya cara hanya dengan hidup berkenan di mata Tuhan.

Bagaimana caranya hidup berkenan kepada Tuhan?

1. Dalam 1 Samuel 15:22 dikatakan: mendengar lebih baik daripada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik daripada lemak domba jantan (persembahan terbaik, ingat kiash Habel). Dalam KJV, lebih jelas lagi: ketaatan lebih baik dari pengorbanan, mendengarkan lebih baik dari lemak domba jantan. Hal pertama yang harus dilakukan jika mau hidup berkenan di mata Tuhan: mendengarkan Firman dan menaatinya!

2. Mazmur 5:5 Tuhan kita bukanlah Allah yang berkenan pada orang fasik/jahat, dengan kata lain Tuhan berkenan pada orang benar. Bahkan di Mazmur 37:23-24 dikatakan (dan juga ada nyanyiannya):

TUHAN menetapkan langkah-langkah orang
yang hidupnya berkenan kepada-Nya;
apabila ia jatuh, tak sampai tergeletak,
sebab TUHAN menopang tangannya.


Siapa yang dimaksud orang benar itu? Jawabannya ada di Mazmur 37 ayat 25-28, 30-31, orang benar adalah orang yang menjauhi hal yang jahat, melakukan yang baik, punya belas kasihan, menjadi berkat bagi sekitarnya, mulutnya penuh hikmat, lidahnya memperkatakan hukum dan dalam hatinya ada hukum Tuhan yang menuntun langkah hidupnya.

Lebih jelas lagi dalam Roma 8:8 dikatakan, bahwa: "Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah." Jadi orang benar itu adalah orang yang hidupnya dipimpin oleh hukum Tuhan dalam hatinya yaitu hidup dalam Roh Allah.

Hal kedua yang harus kita lakukan agar berkenan di mata-Nya: hidup benar = hidup dipimpin oleh Roh Allah.

3. Ibrani 11:5-6, Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.

Dalam sejarah PL, hanya 2 orang yang tercatat tidak mengalami kematian jasmani, mereka diangkat oleh Allah ke sorga dan salah satunya adalah Henokh. Dia diangkat karena berkenan kepada Tuhan, apa sebabnya Henokh berkenan? Alkitab mencatat karena Henokh hidup dengan beriman kepada Tuhan.

Hal ketiga yang harus dilakukan jika mau hidup berkenan kepada Tuhan: hidup oleh iman!

Jadi jika kita mau ada perkenanan Tuhan dalam hidup kita, marilah kita juga punya gaya hidup yang berkenan kepada-Nya, hidup dengan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya.

Tuhan memberkati...

Saturday, February 4, 2012

Topeng Pernikahan

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini kita dituntut untuk bisa hidup benar sesuai perintah Tuhan, demikian pula dalam kehidupan pernikahan, kita pun dituntut untuk jujur dan benar dalam posisi kita, baik sebagai suami maupun sebagai istri. Adanya kejujuran membuat rumah tangga menjadi lebih baik, sebaliknya ketidakjujuran atau kepalsuan pada akhirnya akan menghancurkan rumah tangga.

Bisa dibayangkan bagaimana jadinya sebuah pernikahan bila suami istri tidak jujur kepada pasangan hidupnya. Sang suami memberitahukan kepada istrinya kalau dia pulang terlambat karena harus menghadiri pertemuan/rapat penting, misalnya. Akan tetapi, yang terjadi ternyata bukan demikian, sang suami malah pergi bersama teman-teman kantornya untuk bersenang-senang atau lebih parahnya lagi dia berselingkuh dengan wanita idaman lain (WIL).

Sebaliknya, sang istri ijin pada suaminya untuk pergi keluar rumah menghadiri acara gereja katanya, tapi kemudian malah mampir jalan-jalan di mall, singgah di rumah teman, ngobrol, dan sebagainya, sehingga terlambat pulang ke rumah lalu berbohong agar suaminya tidak ngomel. Atau contoh lainnya, seorang istri yang terbiasa membelanjakan uang dengan seenaknya karena punya hobi belanja, namun saat ditanya pertanggung-jawabannya oleh sang suami, ia berkelit dengan menyebutkan pengeluaran untuk kebutuhan-kebutuhan rumah tangga yang ada.

Masih banyak contoh-contoh kepalsuan yang dilakukan oleh pasangan suami istri dalam kehidupan pernikahan mereka bahkan ada keluarga yang dibangun dengan kepalsuan tersebut, sehingga banyak suami isteri yang berpikir sudah mengenal pasangannya, namun sebenarnya yang mereka kenal hanyalah ‘topeng’ pasangan mereka.

Seperti kisah berikut ini, dimana ada satu pasangan suami-isteri yang telah lama menikah dan sudah mempunyai anak. Selama ini hidup pernikahan mereka baik-baik saja dan tidak ada pertengkaran yang mengarah kepada perceraian. Dari luar terlihat bahwa keluarga ini adalah keluarga yang harmonis, sang suami sayang pada istrinya demikian pula sebaliknya. Namun suatu ketika sang suami sakit parah dan akhirnya meninggal dunia.

Pada saat jenazah sang suami disemayamkan, tiba-tiba datanglah seorang wanita dengan membawa seorang anak kecil. Sang istri yang ditinggal oleh suaminya tidak mengenali wanita dan anak itu karena memang bukan teman atau kerabat dari keluarga mereka. Namun wanita itu menangis terisak-isak di hadapan jenazah suaminya… bagaikan petir di siang bolong, sang istri terkejut saat mengetahui bahwa selama ini wanita itu sudah menjadi ‘simpanan’ suaminya! Ternyata apa yang selama ini dia ketahui tentang suaminya sangat jauh berbeda dengan kenyataan yang ada di depan matanya.

Selama ini sang istri mengenal pasangannya sebagai suami dan ayah yang setia, ternyata dia baru tahu sekarang kalau suaminya telah mempunyai WIL, bahkan sampai mempunyai seorang anak. Dia merasa tertipu dan hanya bisa menangis sambil memukul-mukul tubuh suaminya yang sudah terbujur kaku.

Apa saja kepalsuan atau ‘topeng’ yang mungkin terjadi dalam pernikahan?

1. Kekuatiran masa lalu, karena takut pasangannya tidak dapat menerima dirinya jika tahu yang sebenarnya maka orang mengambil tindakan untuk menutupinya. Contoh: suami/istri punya kecenderungan gay/lesbian, tapi tetap menikah dengan pasangan lain jenis demi status sosialnya lalu dengan diam-diam mereka juga masih berhubungan dengan sesama jenis, atau seorang wanita yang pernah melakukan hubungan sex sebelumnya (sehingga tidak perawan lagi) lalu untuk menutupinya, dia melakukan operasi agar jadi perawan kembali.

2. Kemunafikan yang dilakukan seseorang agar pasangannya menghormati atau menganggapnya ‘hebat’ soal kekayaan, pekerjaan, dan sebagainya. Padahal mungkin saja selama ini dia mengelola keuangannya dari hutang (gali lubang, tutup lubang) atau malah karena ditolong orangtuanya.

3. Kesempurnaan yang ditampilkan seseorang agar ia selalu kelihatan sebagai pasangan yang baik. Contoh: suami yang baik itu selalu pulang tepat waktu di rumah dan jarang keluyuran, tapi sebenarnya setiap jam istirahat dia kerap berselingkuh dengan WIL di kantornya atau bisa saja seseorang berusaha tidak pernah marah, selalu mengalah, selalu mengulurkan tangan agar kelihatan sempurna di mata pasangannya, padahal semua itu dilakukan untuk menutupi perbuatan salahnya yang tersembunyi.

Apa sebabnya ada kepalsuan dalam pernikahan?

1. Adanya konsep yang keliru dalam memandang pernikahan, bahwa pernikahan itu harus baik dan sempurna. Padahal pernikahan itu bukan harus sempurna, melainkan akan disempurnakan oleh kasih Tuhan.

2. Adanya pengalaman-pengalaman masa lalu yang tidak dapat diterima.

3. Akibat pola didik atau pola asuh yang salah tentang kejujuran. Sedari kecil, anak terbiasa melihat orangtuanya berbohong atau tidak pernah diajari nilai-nilai kejujuran, akibatnya setelah dewasa dia akan terbiasa berbohong/berpura-pura.

4. Kekuatiran yang berlebihan. Sudah membayangkan adanya penolakan dari pasangan, sehingga enggan untuk mengungkapkan dengan sejujurnya.

5. Ketidakberanian menghadapi kenyataan.

Lalu bagaimana cara mengatasi kepalsuan ini?

Perlu adanya kesiapan dan komitmen dari pasangan suami istri untuk saling terbuka/jujur. Setiap suami istri harus belajar untuk bisa menerima pasangan apa adanya. Jangan pernah memulai untuk menutupi hal yang ‘kecil’ sekalipun karena lama-lama dosa kecil itu bisa menjadi besar (Lukas 16:10). Masing-masing harus rela berkorban, menerima dan menjadi satu (unity) dengan pasangannya baik dalam pikiran, perasaan dan kehendak, Matius 19:6a “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.”

Ingatlah kebahagiaan pernikahan yang ‘palsu’ hanyalah kebahagiaan yang semu dan sementara, dibaliknya akan ada kehancuran yang sangat menyakitkan. Namun dengan kasih yang sejati dalam Tuhan Yesus, semua hal yang kelihatannya kurang sempurna dalam pernikahan dapat dijadikan-Nya baik dan sempurna, asalkan suami istri mau sepakat (unity) dan hidup benar di hadapan-Nya.

Tuhan memberkati...

Monday, January 16, 2012

Tahun Perkenanan Tuhan

Tahun 2012 adalah Tahun Perkenanan Tuhan.
Apa yang dimaksud perkenanan Tuhan?
Menurut kamus bahasa Indonesia, perkenanan, artinya: menyetujui, berkompromi, suka, sudi, dengan senang hati, rela ...
Perkenanan Tuhan berarti: Tuhan rela, setuju, sudi, dengan senang hati...memberikan berkat, bukan berkat yang biasa-biasa tapi luar biasa/istimewa!

Kejadian 37:1-36 adalah kisah tentang Yusuf, anak Yakub/Israel, ayat 3 mencatat: Yakub lebih mengasihi Yusuf karena Yusuf anak yang lahir pada masa tuanya, anak bungsu (dan anak bungsu biasanya pandai mengambil hati), sehingga Yusuf mendapat perkenanan ayahnya, Yakub, serta mendapatkan berkat yang istimewa, yaitu jubah maha indah.

Namun Yusuf bukan hanya dapat perkenanan ayahnya, dia juga mendapatkan perkenanan Tuhan, Kejadian 39:2, Tuhan menyertai Yusuf sehingga ia selalu berhasil dalam pekerjaannya. Bahkan dimana pun Yusuf ada, perkenanan Tuhan selalu ada untuknya, ayat 20-21, Yusuf dipenjara, namun Tuhan menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya dan membuat Yusuf jadi kesayangan kepala penjara itu.

Apa rahasianya perkenanan Tuhan diberikan pada seseorang?

1. KARAKTER
Perhatikan kisah Kain & Habel di Kejadian 4:3-5 yang sama-sama mempersembahkan sesuatu untuk Tuhan, namun hanya persembahan Habel yang diindahkan Tuhan, dan perkenanan Tuhan ada atas Habel. Kenapa? Karena Habel melakukan yang berkenan dihadapan Tuhan.

Perkenanan diberikan pada seseorang karena orang tersebut melakukan sesuatu yang berkenan; berkenan = acceptable, diterima oleh...

Jadi perkenanan Tuhan diberikan pada seseorang, karena orang tersebut melakukan apa yang berkenan di mata Tuhan! Melakukan apa yang berkenan ini berhubungan dengan KARAKTER.

Karakter didefinisikan sebagai tabiat/kebiasaan, suatu sistem keyakinan/kebiasaan yang mengarahkan tindakan seseorang, contohnya: ekonomi keluarga terpuruk – anggota keluarga juga terpuruk – saya salah satu anggota keluarga – saya juga akan terpuruk = jadi pesimis/putus asa. Dari alur ini bisa disimpulkan bahwa karakter terbentuk oleh PIKIRAN. Sejak kecil seseorang dibentuk dari pikiran-pikiran yang dipengaruhi oleh orangtua, keluarga dan sekelilingnya sehingga terciptalah tabiat/kebiasaan = karakternya itu.

Lalu jika memang sudah terbentuk, bisakah karakter itu diubah?
Banyak orang yang berkata tidak bisa karena itu sudah menjadi tabiat orang tersebut; tapi sesungguhnya dalam Tuhan (oleh kuasa Roh Kudus), karakter bisa diubah walaupun sulit karena yang harus dihadapi adalah diri sendiri, tapi akan mudah jika mau berserah dan taat pada Tuhan.

Bagaimana cara merubah karakter manusia?
Karakter terbentuk oleh pikiran, pola pikir yang mengarahkan tindakan seseorang.

Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (KJV: And be not conformed to this world: but be ye transformed by the renewing of your mind, that ye may prove what is that good, and acceptable, and perfect, will of God).

Perubahan karakter (jadi tidak serupa dengan dunia ini) karena adanya pembaharuan/perubahan pikiran.

Roma 12:3 Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman.

Pola pikir diubah melalui penguasaan diri.

Galatia 5:22, penguasaan diri merupakan salah satu buah Roh, sedangkan buah Roh diperoleh karena hidup oleh Roh bukan oleh daging, Galatia 5:16.

Penguasaan diri adalah buah Roh yang dihasilkan karena hidup dalam pimpinan Roh (Kudus).

Jadi kesimpulannya, karakter bisa diubah jika kita mau hidup dalam pimpinan Roh (hidup oleh Roh) yaitu dengan menyalibkan daging atau keinginan diri sendiri, Galatia 5:24.

Yusuf mendapat perkenanan ayahnya dan Tuhan karena dia punya karakter yang baik, karakter yang menarik hati ayahnya dan juga Tuhan (Kejadian 37:2, Yusuf tidak berbuat jahat seperti saudara-saudaranya yang lain, Kejadian 39:7-12, Yusuf takut akan Tuhan dan tidak mau berzinah walaupun ada kesempatan 'baik').

2. KAIROS
Kairos adalah kata Yunani kuno yang artinya adalah: saat/waktu yang tepat/benar. Kata waktu dalam bahasa Yunani ada 2 macam: chronos dan kairos, chronos bicara mengenai waktu yang ada, seperti jam berapa, hari apa, dan sebagainya. Tapi dalam PB, kairos dipakai untuk menggambarkan: the time when God acts, waktunya Tuhan bertindak; contoh dalam Markus 1:15 kata-Nya: Waktunya telah genap, dalam bahasa aslinya berbunyi: the kairos is fulfilled.

Walaupun karakter dasar Yusuf baik, namun masih ada karakter Yusuf yang harus diproses oleh Tuhan (Kejadian 37:5-11) sehingga Yusuf tidak langsung meraih apa yang Tuhan janjikan. Proses Yusuf memakan waktu 13 tahun (sejak umurnya 17 tahun sampai dengan dia diangkat menjadi kuasa atas Mesir pada usia 30 tahun). Jadi, kairos Tuhan untuk Yusuf adalah saat usia Yusuf 30 tahun dan dia telah menyelesaikan prosesnya Tuhan.

Tahun 2012 adalah Tahun Perkenanan Tuhan, ini adalah kairosnya Tuhan, ini waktunya untuk Tuhan memberikan perkenanan-Nya bagi kita! Jadi yang harus kita lakukan di tahun ini adalah hidup berkenan di hadapan-Nya (hidup oleh Roh), maka pasti perkenanan-Nya akan dicurahkan bagi kita.

Times of refreshing
Here in Your presence
No greater blessing
Then being with You

My soul is restored
My mind is renewed
There’s no greater joy Lord
Then being with you