Saturday, December 7, 2013

Kuasa Allah dalam Keluarga Kristen

"Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati
keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada
di hadapan-Mu untuk selama-lamanya.
Sebab apa yang Engkau berkati, ya TUHAN,
diberkati untuk selama-lamanya."
(1 Tawarikh 17:27)

Keluarga merupakan lembaga yang fenomenal dan universal. Di dalamnya terdapat anak-anak yang dipersiapkan untuk bertumbuh. Keluarga adalah lembaga masyarakat paling kecil tetapi paling penting. Bahkan keluarga pertama di dunia ini dibentuk sendiri oleh Allah, yaitu keluarga Adam (Kejadian 1:27-29). Adam sebagai suami Hawa sekaligus ayah dari Kain dan Habel, Hawa sebagai istri Adam sekaligus sebagai ibu Kain dan Habel, Kain dan Habel sebagai anak-anak dari Adam dan Hawa. Inilah keluarga pertama yang dibentuk oleh Allah.

Sayangnya di jaman akhir ini, pengertian tentang keluarga yang sesungguhnya seringkali menjadi bias, karena adanya pengertian keluarga yang tidak sesuai dengan rancangan Tuhan, misalnya keluarga yang dibentuk pasangan sejenis (bukan ayah dan ibu), atau sekumpulan orang yang berkelompok lalu menyebut kelompoknya sebagai ‘keluarga’ tapi untuk maksud-maksud yang tidak baik (keluarga mafia), dan sebagainya.

Keluarga Kristen


Menurut kamus bahasa Indonesia yang dimaksud keluarga adalah ayah/bapak dan ibu beserta anak-anaknya; seisi rumah, inilah yang disebut sebagai keluarga inti.

Selain keluarga kecil atau keluarga inti, ada juga yang disebut keluarga besar, yaitu keluarga yang tidak hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak tapi mencakup kakek, nenek, paman, bibi, ipar, keponakan dan lain-lain; keluarga yang didasarkan pada hubungan kekerabatan dari pihak ayah maupun pihak ibu.

Lalu apa yang dimaksud dengan keluarga Kristen?

Keluarga Kristen adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anaknya yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani Kristus dalam kehidupannya sehari-hari. Pengertian ini sesuai dengan arti kata Kristen itu sendiri, yaitu pengikut Kristus, yang meneladani kehidupan dan ajaran-ajaran Kristus.

Pentingnya Keluarga


Berikut ini beberapa gambaran mengenai pentingnya keluarga:
  1. Keluarga sebagai tempat kita bertumbuh. Manusia sebagai mahluk hidup diciptakan dengan potensi untuk bertumbuh. Ibarat tanaman yang ditanam di sebuah pot, demikian pula kita dalam keluarga. Tuhan menempatkan kita dalam wadah keluarga, sebagai tempat yang memberi energi, perhatian, komitmen, kasih dan lingkungan yang kondusif untuk anggotanya bertumbuh dalam kehidupan ini, khususnya dalam pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus.
  2. Keluarga sebagai pusat pengembangan. Dalam keluarga setiap anggotanya bisa bebas mengembangkan karunianya masing-masing. Di dalam keluarga, landasan kehidupan anak-anak dibangun dan dikembangkan.
  3. Keluarga sebagai tempat yang aman. Barangkali orang lain sering tidak memahami kesulitan hidup yang kita rasakan tetapi di dalam keluarga kita mendapat perhatian, perlindungan dan dukungan dari anggota keluarga lainnya.
  4. Keluarga sebagai laboratorium hidup bagi setiap anggota keluarga. Orangtua (ayah dan ibu) harus bisa berperan seperti yang Tuhan kehendaki yaitu menjadi teladan bagi anak-anaknya agar nilai-nilai kehidupan Kristus bisa ditanamkan sedini mungkin, dan anak-anak bisa mulai menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
  5. Keluarga sebagai tempat belajar untuk mengatasi masalah. Tidak ada keluarga yang tidak menghadapi permasalahan hidup. Seringkali permasalahan muncul secara tidak terduga. Misalnya, konflik suami-istri, problem anak remaja, masalah ekonomi/keuangan, dan sebagainya. Namun, jika kita mau mengijinkan kuasa Allah bekerja dalam keluarga kita, maka semua persoalan pasti akan dapat diselesaikan.
Bagaimana menjadi keluarga Kristen yang benar?

Keluarga akan menjadi benar jika setiap hubungan di dalamnya juga benar. Untuk mengetahui apa saja bentuk hubungan yang benar kita dapat melihatnya dalam pedoman hidup yang Tuhan berikan di Efesus 5:22-23, 6:1-4, dan Kolose 3:18-21. Dalam ayat-ayat tersebut bentuk hubungan dalam keluarga yang benar adalah sebagai berikut:
  1. Suami mengasihi istri dan tidak boleh berlaku kasar pada istrinya.
  2. Istri tunduk dan taat kepada suami dalam segala hal.
  3. Orangtua mendidik anak-anak di dalam ajaran dan nasihat Tuhan, serta tidak membangkitkan amarah anak-anaknya.
  4. Anak-anak menghormati dan menaati orang tuanya.

    Seperti posisi keluarga yang merupakan suatu lembaga/unit yang paling kecil, dan menjadi bagian dalam masyarakat, demikian kita sebagai keluarga Kristen, juga menjadi bagian dari suatu keluarga Kristen yang lebih besar lagi yaitu persekutuan saudara-saudara seiman, disebut  gereja. Karena itu jika keluarga-keluarga dalam satu kota sehat, maka kotanya akan menjadi kuat; jika keluarga-keluarga Kristen dipenuhi kuasa Allah maka gereja-gereja juga penuh kuasa Allah, demonstrasi kuasa Allah akan nyata dan berdampak luas bagi kota bahkan negeri dimana gereja berada.

    Kita mungkin sudah pernah mendengar kisah ini, tapi ini bukanlah dongeng melainkan kisah nyata kehidupan dua keluarga yang berbeda, yang satu mengandalkan kuasa Allah dalam kehidupan keluarganya, sedangkan yang lainnya hidup tanpa kuasa Allah. Mereka berdua hidup pada abad ke-18, yang pertama adalah Dr. Jonathan Edwards, seorang rektor, pendeta  yang saleh dan pengkhotbah kebangunan rohani. Yang kedua adalah Max Jukes, seorang penyelundup yang tidak bermoral. Jonathan Edwards menikah dengan seorang wanita yang mempunyai iman dan filsafat hidup yang baik. Mereka membangun keluarganya dalam takut akan Tuhan, sesibuk apapun Jonathan senantiasa menyediakan waktunya untuk bersekutu dengan Tuhan dan keluarganya.

    Sedangkan Max Jukes hidup tanpa aturan, dan keluar masuk penjara, keluarganya berantakan dan tidak terurus dengan baik. Melewati ratusan tahun, silsilah kedua orang ini dilacak dan diteliti, lalu ditemukan bahwa dari Dr. Edwards terdapat 729 keturunan, dimana 300 orang menjadi pengkhotbah, 65 orang menjadi profesor di universitas, 13 orang menjadi penulis, 3 orang menjadi pejabat pemerintah, dan 1 orang menjadi wakil presiden Amerika, keturunan-keturunan Dr. Edwards memberi kontribusi besar dan positif bagi negaranya. Sedangkan dari Max Jukes terdapat 1.026 keturunan, dimana  300 orang diantaranya mati muda, 100 orang dipenjara, 190 orang menjadi pelacur, dan 100 orang menjadi pemabuk, secara keseluruhan keturuna-keturunan Max Jukes membawa dampak yang merugikan bagi negaranya.

    Dari kisah diatas, kita bisa melihat bahwa kebiasaan, keputusan dan nilai-nilai dari generasi terdahulu sangat mempengaruhi kehidupan generasi berikutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli yang menyatakan bahwa lingkungan dan hal yang banyak mempengaruhi pembentukan watak, iman, dan tata nilai seseorang adalah keluarga asalnya (the family of origin). Keluarga asal dianggap paling berperan dan berharga dengan berbagai dinamika dan kondisi apapun. Dalam Mazmur 78:5 dicatat, “Telah ditetapkan-Nya peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka”. Jadi untuk bisa membentuk keluarga yang benar hanya dengan mengijinkan kuasa Allah bekerja didalamnya.

    Pilihan sekarang ada pada diri kita, apakah kita mau membangun keluarga yang dipenuhi kuasa Allah atau membangunnya dengan pikiran dan kekuatan sendiri? Tapi ingat, pilihan yang kita pilih itu bukan hanya menentukan kehidupan kita tapi juga kehidupan anak atau cucu kita bahkan kehidupan generasi yang lebih jauh lagi.