Saturday, April 13, 2013

Tidak saling menuntut

Owa Jawa (hylobates moloch) adalah sejenis kera kecil yang hidup di Pulau Jawa, meskipun banyak penduduk di Pulau Jawa yang tidak mengetahui keberadaan satwa yang sudah di ambang kepunahan ini. Owa Jawa, sebagaimana beberapa jenis owa lain, biasanya hidup berpasangan dan monogami. Untuk mendapatkan pasangan yang cocok, Owa Jawa kadang memerlukan waktu yang panjang. Namun setelah mendapatkannya, pasangan ini akan bertahan seumur hidup. Benar-benar tak tergantikan. Jika pasangannya mati, owa tersebut biasanya tidak akan mencari pasangan lagi. Sampai mati.

Cinta kasih kita sebagai manusia tentu semestinya melebihi cinta kasih satwa. Walaupun kini tengah marak fenomena perceraian dalam hubungan suami-istri, tetapi yang Tuhan kehendaki adalah hubungan yang harmonis layaknya Tuhan dengan jemaat-Nya. Efesus 5 dengan jelas menggambarkan hubungan ini. Ada cinta kasih dan kesetiaan yang dibutuhkan dalam hubungan antara suami dan istri - yakni seperti Kristus dengan jemaat-Nya. Dan, hubungan yang dipersatukan oleh Allah harus dipelihara dengan baik sebagai wujud ungkapan syukur terhadap Tuhan, “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Markus 10:9).

Akan tetapi realita saat ini justru sebaliknya. Banyak perceraian terjadi karena ada ketidakpuasan dalam rumah tangga. Dalam membina rumah tangga, suami dan istri seharusnya bisa saling menyatakan cinta kasih tanpa memiliki sikap menuntut dan dituntut.

Jika melihat Firman Tuhan dalam Efesus 5:22-23 kata ‘tunduklah’ seperti menjadi suatu tuntutan sikap bagi istri kepada suami. Isteri harus tunduk pada suami, seperti halnya seorang bawahan kepada atasan/kepalanya. Namun isteri pun seolah bisa menuntut agar suami mengasihinya seperti yang tertulis dalam ayat 25. Istri menuntut suami agar dikasihi dan suami menuntut istri agar tunduk kepadanya. Masing-masing melihat apa yang jadi bagian pihak lain, apa yang harus dilakukan oleh pasangannya...sungguh disayangkan, kenapa masing-masing tidak lebih dulu mengerjakan apa yang jadi bagiannya?

Tidaklah heran apabila yang terjadi akhirnya malah masing-masing pihak saling menuntut haknya dalam rumah tangga. Suami atau istri lebih mementingkan kepentingannya sendiri bukan pasangannya. Kenapa hal ini bisa terjadi padahal pada masa awal kisah cinta kasih sikap mereka tentunya tidak demikian. Matius 24:12 mencatat: “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.” Kedurhakaan yang dimaksud disini dalam bahasa Inggrisnya tertulis: iniquity yang bisa diartikan sebagai ketidakadilan, kelaliman, perbuatan salah atau bahkan ketidaksusilaan.

Perjalanan cinta kasih setiap pasangan tentunya tidak selalu mulus-mulus saja, ada banyak hal yang terjadi apalagi dalam membina rumah tangga, kurangnya waktu untuk berkomunikasi, kesibukan pekerjaan, atau ada perbuatan suami yang tidak berkenan pada istrinya dan sebaliknya, namun apapun yang diperbuat oleh pasangan kita...jangan sampai hal itu membuat cinta kasih yang awalnya ‘panas’ menjadi ‘dingin’.

Cinta kasih yang memudar menyebabkan suami atau istri mulai saling menuntut, padahal seharusnya cinta kasih yang sejati itu adalah cinta kasih tanpa menuntut dan dituntut... Seperti kasih Kristus kepada kita, Dia yang telah melepaskan hak-Nya sebagai Anak Allah, memberi diri-Nya disiksa bahkan disalib untuk menebus dosa kita tanpa paksaan, bahkan saat kita masih berdosa dan belum menyadarinya, dan semuanya itu dilakukan oleh Kristus semata-mata hanya karena cinta kasih-Nya pada kita, kasih yang tidak menuntut, kasih yang tidak dipaksa, kasih yang sejati!

Sesungguhnya rumah tangga Rani tampak bahagia dan tak ada kekurangan yang bisa dicela oleh orang-orang yang melihatnya. Akan tetapi jika dilihat di dalamnya, yang terjadi sesungguhnya adalah sandiwara. Rani dan Roni, suaminya, berada dalam jarak psikologis yang sulit disatukan.

Masing-masing merasa tidak butuh dengan pasangannya. Rani asyik dengan kesibukannya mengurus Cindy, anak satu-satunya yang kini masuk Playgroup. Roni sibuk dengan usaha yang amat menguras tenaga, waktu dan juga perhatiannya. Sesampai di rumah, keinginan Roni hanyalah istirahat, melepas lelah. Ia tidak ingin diganggu oleh isteri dan ulah anaknya. Sementara, Rani sebenarnya ingin bisa berbagi cerita, ingin dimanja dan mendapatkan perhatian dari Roni.

Namun karena keinginannya hampir tidak pernah menjadi nyata, semakin lama Rani mulai berusaha untuk memupus angan-angan indahnya berumah tangga. Ia mulai melaksanakan semua kegiatannya sendirian. Ia belajar menyelesaikan semua masalahnya sendiri, karena Roni tak mau mengerti. Ia bahkan mengurus anaknya sendiri, dan akhirnya iapun mulai menikmati hidup sebagai seorang yang mandiri, kendatipun memiliki suami.

Kondisi ini terus berlangsung sehingga Rani dan Roni mulai merasakan nyaman dalam keadaan kesendirian, dan perlahan merasa tidak saling membutuhkan lagi.

Jika hal ini terus dibiarkan, tentunya cinta Rani dan Roni akan menjadi padam dan akhirnya konflik yang terjadi dengan mudah akan menggoyahkan serta mengoyak hubungan rumah tangga yang sudah menjadi tawar ini.

Sebelum terlambat, Roni harus mau merelakan dirinya untuk tetap memperhatikan Rani dan anaknya, dalam keadaan sesibuk apapun juga. Ingatlah bahwa setelah Tuhan, keluarga adalah prioritas yang berikutnya, bukan usaha atau pekerjaan. Kerelaan Roni untuk melepaskan haknya untuk istirahat setelah lelah bekerja dan menyediakan waktu lebih bagi Rani, akan menjadi titik balik keharmonisan dalam rumah tangganya.

Ketika kita mulai merasa tak lagi mencintainya.
Ingatlah disaat kita ‘tergila-gila’ kepadanya.

Ketika kita mulai tak peduli kepadanya.
Ingatlah disaat kita mengharap cinta kasihnya.

Ketika kita mulai merasa bosan kepadanya.
Ingatlah disaat dia menerima cinta kita begitu tulusnya.

Ketika kita mulai meninggalkannya.
Ingatlah disaat pertama kita selalu ingin bersamanya.

Dan ketika kita ingin menduakannya.
Ingatlah dia yang selalu menunggu kita dengan setianya.

Cinta kasih yang sejati bukan muncul dari keinginan atau kepentingan pribadi, tetapi dari kesadaran untuk rela memberi (melepaskan haknya) bagi pihak lain, tanpa menuntut, tanpa dipaksa. Dan karena kita sudah menerimanya dari Kristus maka seharusnya kita pun bisa memberikannya kepada orang lain, apalagi jika orang lain itu adalah pasangan hidup kita, yang sedari awal...sudah kita pilih dari semua pria atau semua wanita yang ada di bumi ini untuk dikasihi sampai mati.

TRUE LOVE NEVER DIES