Ibarat prajurit yang ada di medan pertempuran, tentunya akan berhadapan dengan pertempuran-pertempuran yang muncul, demikian dalam rumah tangga juga akan muncul konflik atau pertentangan yang terjadi, dan jika tidak diselesaikan atau dimenangkan, dapat berlanjut pada kejahatan/dosa yang lebih berat bahkan berujung pada kematian dan kehancuran. Contohnya adalah kehidupan keluarga raja Daud. Dalam 1 Samuel 13:14 disebutkan bahwa raja Daud adalah seseorang yang berkenan di hati Tuhan. Tetapi Daud juga telah memperlihatkan perilaku yang tidak menjadi teladan karena memiliki istri lebih dari satu, bahkan ada wanita yang dijadikannya istri setelah membunuh suaminya.
Adanya kesalahan-kesalahan yang dibuat Daud dalam membina rumah tangga mengakibatkan berbagai konflik terjadi dalam kehidupan keluarganya, seperti Amnon yang memperkosa Tamar (saudari tirinya, adik kandung Absalom) dan karena tidak mau bertanggung jawab maka Amnon pun dibunuh oleh orang-orang suruhan Absalom. Kemudian Absalom memberontak pada Daud, ayahnya, karena ingin menjadi raja, dan masih banyak konflik-konflik lainnya termasuk perseteruan diantara saudara-saudara seayah tersebut.
Hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya konflik dalam keluarga atau kehidupan kita?
1. SEKS
Konflik keluarga bisa
terjadi karena adanya sexual deviation.
Penyelewengan oleh salah satu pasangan akan menimbulkan sakit hati yang sangat
dan kesedihan yang mendalam pada pasangan lainnya. Kita tidak bisa menganggap
sakit hati ini sebagai sakit yang biasa-biasa saja, sebab pengkhianatan yang
terjadi dalam hubungan suami-istri adalah dosa dihadapan Tuhan. Allah adalah
Pribadi yang menciptakan seks, dan Ia menciptakan seks demi kesenangan sekaligus
juga untuk menghasilkan keturunan. Namun Alkitab tegas-tegas menyatakan bahwa
hubungan seks hanya bisa dinikmati oleh pria dan wanita yang telah menyatukan
diri mereka dalam ikatan (covenant) pernikahan
yang seumur-hidup. Hubungan seks tanpa ikatan pernikahan digolongkan sebagai
perzinahan (adultery).
1 Korintus 6:9-11 menyatakan
bahwa mereka yang cabul, berzinah, dan melakukan penyimpangan seks lainnya
tidak akan mewarisi Kerajaan Allah alias
tidak akan masuk sorga. Sayangnya banyak orang (bahkan yang sudah berkeluarga)
mengejar fungsi seks sebagai kesenangan atau kenikmatan, bukannya menempatkan
seks sebagai suatu hubungan yang khusus sesuai rancangan Tuhan.
Pada hakikatnya, seks adalah
karunia pemberian Allah, dan seks adalah hal yang suci dan bukan dosa selama dilakukan
dalam batas-batas pernikahan sesuai rancangan Tuhan. Istri yang bijak selalu
memperhatikan hal terbaik yang bisa dilakukannya untuk “menyenangkan” suaminya sepanjang pernikahannya. Suami yang bijak
menunjukkan perhatiannya kepada istrinya setiap waktu dengan memberi pelukan
dan perhatian penuh, bukannya hanya mengharapkan istrinya untuk "siap setiap saat". Sebaiknya
suami-istri harus terbuka dan saling mendiskusikan kebutuhan seks mereka dengan
jujur dan belajar sebanyak mungkin untuk mengenal, menerima serta memahami
perbedaan masing-masing, sehingga hubungan seks antara suami-istri dapat
menjadi berkat yang istimewa dalam rumah tangga.
2. PERASAAN DENDAM
Dendam adalah sumber konflik
yang sangat berbahaya. Dendam muncul akibat sakit hati yang tidak
terselesaikan, atau didefinisikan sebagai: keinginan
keras untuk membalas (kejahatan dan hal tidak enak lainnya) yang kita alami.
Absalom menunggu waktu yang tepat 2 tahun lamanya untuk membalaskan sakit hati karena adiknya diperkosa oleh saudara tirinya. Sehingga undangan yang ditujukan Absalom kepada Amnon adalah undangan untuk kematiannya. Saudara, hidup dalam dendam akan mengacaukan semua rencana indah yang Tuhan siapkan dalam rumah tangga kita. Ketika dendam disimpan untuk tiba pada waktu ditampilkan, maka hal itu akan menimbulkan masalah yang besar. Bukankah Firman Tuhan sudah menjelaskan pada kita bahwa sebesar apapun keinginan kita untuk membalas, namun hal membalas dendam haruslah ditinggalkan di tangan Tuhan, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan (Roma 12:19b). Janganlah engkau berkata: "Aku akan membalas kejahatan," nantikanlah TUHAN, Ia akan menyelamatkan engkau." (Amsal 20:22).
Kita harus melawan keinginan
hati kita untuk membalas dendam seberapa pun besarnya keinginan itu dengan
kasih yang telah dianugrahkan Tuhan pada kita. Sebab ada tertulis,"Kamu telah mendengar firman: Mata
ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu
melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar
pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." (Matius 5:38-39).
Jadi janganlah kita menyimpan dendam yang pernah diakibatkan oleh pengkhianatan
pasangan kita atau anak-anak kita atau keluarga lainnya atau siapapun
juga…karena dendam yang tidak segera diselesaikan pasti akan menyebabkan kita
melakukan kejahatan atau dosa lain yang lebih besar lagi. Lagipula bagaimana
mungkin seorang pendendam bisa memenangkan ‘pertempuran
rohaninya’ dan mendapatkan bagian dalam kerajaan sorga?
3.
PIKIRAN JAHAT
Sumber konflik berikutnya
adalah pikiran atau rencana jahat. Rencana jahat adalah sebuah rekayasa/persengkongkolan
untuk melakukan kejahatan atau perbuatan yang merugikan pihak lain. Hal ini
bagaikan sebuah kejahatan yang telah dipersiapkan dan terencana. Dalam KUHP,
dikenal 2 macam pembunuhan yaitu sengaja dan
tidak sengaja, pembunuhan sengaja
adalah pembunuhan yang direncanakan sama seperti saat Absalom mau membunuh
Amnon, atau saat Daud membunuh Uria demi mengambil Batsyeba sebagai istrinya.
Dan ini adalah perbuatan yang sangat keji di mata Tuhan, demikian pula pikiran
jahat.
Kenapa Tuhan memandang keji hal ini? Karena rencana jahat hanya bisa muncul dari hati yang jahat, sehingga orang yang merancangkan hal ini sudah pasti tidak dalam keadaan kudus apalagi dipenuhi Roh Kudus. Hati yang kotor memang tidak bisa diketahui langsung oleh orang-orang sekelilingnya, secara lahiriah hidupnya kelihatan baik-baik saja tetapi hatinya sudah penuh dengan rencana jahat. Pada hakikatnya orang ini sudah memalsukan kehidupannya
Di jaman sekarang ini, banyak rumah tangga atau pernikahan yang juga dipalsukan. Suami-istri kelihatannya baik-baik saja, padahal masing-masing sudah punya WIL atau PIL, bahkan ada yang tetap pura-pura hidup serumah padahal sudah pisah ranjang atau secara de facto sudah tamat hubungan pernikahannya beberapa lama sebelumnya. Mereka bersandiwara menjaga status suami-istri (de jure) agar tidak kelihatan bercerai. Atau yang lebih dahsyat lagi, ada istri yang tidak tahu jika suaminya punya “simpanan lain” sampai kemudian muncul di hari kematian sang suami, betapa rapihnya persengkongkolan yang telah direncanakan oleh sang suami.
Jika ada diantara kita yang pernah mengalami atau melakukan hal-hal diatas, maka inilah yang harus kita lakukan:
a. Mengakui bahwa kita bersalah dan minta pengampunan-Nya adalah hal pertama yang harus dilakukan, raja Daud saat ditegor karena kesalahannya dalam perkara Batsyeba, langsung merendahkan hatinya dan mengakui kesalahannya, sehingga Tuhan mengampuni dan memulihkannya. 1 Yohanes 1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
b. Bertobat adalah hal selanjutnya yang dilakukan raja Daud, sepanjang sisa hidupnya, dia tidak pernah lagi melakukan hal tersebut. Bertobat artinya sadar, menyesal akan dosa dan tidak mengulangi lagi atau berbalik dari jalan yang jahat.
Saudara, sebagai prajurit
Kristus kita telah diingatkan agar hidup kita senantiasa dipimpin oleh Roh
bukan oleh daging (Roma 8). Suami-istri jika mau menang dalam ‘medan
pertempuran’ ini juga harus melatih, memaksa, mendisiplinkan hidupnya untuk
dipimpin oleh Roh Kudus dan senantiasa membangun unity dalam kehidupan keluarga
mereka, serta kenakanlah selalu seluruh perlengkapan senjata Allah (Efesus
6:13-18) agar kita dapat melawan seluruh tipu muslihat iblis yang ingin
mengganggu rumah tangga/keluarga kita. Bersama Tuhan Yesus kita pasti menang
bahkan lebih dari pemenang (Roma 8:37).
Amin.