Saturday, October 29, 2011

Pengaruh Jejaring Sosial pada Keharmonisan Keluarga

Facebook, Twitter, MySpace adalah beberapa nama situs jejaring sosial yang populer di dunia maya saat ini. Banyak orang dari segala usia, ras, dan budaya menghabiskan waktunya untuk berinteraksi melalui jejaring sosial tersebut dimana mereka bisa saling berbagi aktivitas atau ketertarikannya melalui dunia maya. Kemudahan yang ditawarkan membuat jutaan pengguna internet memiliki profil jejaring sosial di berbagai situs yang ada. Bahkan menurut survei, angka pengguna yang menghabiskan waktu berselancar di situs jejaring sosial meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan makin banyaknya waktu yang dihabiskan untuk menggunakan berbagai jejaring sosial tersebut, timbullah pertanyaan... Apa pengaruh jejaring sosial terhadap keharmonisan keluarga?

Banyak ahli yang berpendapat bahwa jejaring sosial memiliki pengaruh negatif pada struktur keluarga. Mereka percaya jejaring sosial telah menggantikan interaksi intim yang seharusnya terjadi dalam keluarga. Percakapan keluarga telah digantikan oleh sesi texting, apalagi dengan adanya perangkat komunikasi yang canggih saat ini, dimana akses ke jejaring sosial, internet atau chatting sesama pengguna merk yang sama jadi makin mudah karena bisa dilakukan dimana saja & kapan saja. Pendapat ini sepertinya tidak salah, karena kita bisa melihat fenomena yang terjadi sekarang ini, banyak orang yang menggunakan waktunya untuk berselancar internet, mengecek berita, update status, chatting dan sebagainya... padahal mereka sedang berkumpul atau beraktivitas bersama keluarganya.

Ahli lainnya berpendapat bahwa jejaring sosial lebih berpengaruh buruk pada perkembangan anak-anak dalam keterampilan sosial dan memelihara hubungan interpersonal, bahkan ada penelitian di sekolah yang menyimpulkan bahwa semakin banyak media internet yang dikonsumsi akan semakin buruk kinerja para siswa. Sedangkan bagi orangtua atau orang dewasa, hal itu tidak terlalu menimbulkan dampak buruk bagi dirinya sendiri, khususnya jika mampu mengendalikan hal tersebut. Namun secara umum, para ahli sepakat bahwa dampak berbahaya dari perkembangan jejaring sosial adalah kecenderungan tren hubungan dunia maya tersebut dalam mengambil alih interaksi hubungan keluarga yang benar; selain juga adanya efek kecanduan & narsis seperti: sedikit-sedikit update atau mengecek status, foto, dan lainnya, bahkan dampak memicu perselingkuhan.

Seperti kisah berikut ini: Aku menikah ketika usia 23 tahun dengan seorang perempuan berinisial W yang beda usia 1 tahun. Sampai 2 tahun pernikahan kami belum dikaruniai anak. Aku tinggal dan berasal dari sebuah kota kecil di Indonesia. Cerita perselingkuhan yang juga menjadi penyebab hancurnya bahtera rumah tanggaku ini berawal dari keisenganku main-main di FB.

Suatu ketika ada seorang perempuan berinisial S yang menambahkanku sebagai daftar temannya. Dia sudah berkeluarga dan punya 1 orang anak perempuan. Satu hari dia ngajak aku chatting via FB. Mengenalkan diri, menceritakan dirinya, hampir semua tentang dirinya dia ceritakan. Dia sosok orang yang pandai bercerita sehingga membuatku betah berlama-lama chatting dengannya.

Hampir setiap bertemu online kami chatting, bercanda, bahkan mulai membicarakan hal-hal yang bersifat tabu. Kami pun mulai terbawa suasana, dan chatting kami semakin ngacau jadinya. Bahkan kami mulai berani saling merayu. Dari situlah perselingkuhanku mulai memasuki tahap lebih dalam. Hingga suatu hari, istriku mengawasiku saat chatting dan akhirnya terbongkarlah perselingkuhan itu. Istriku menangis dan kecewa melihatku selingkuh. Bahkan, kemudian dia minta cerai dan hancurlah keluargaku.


Namun hidup dalam era teknologi informasi seperti saat ini janganlah membuat kita jadi antipati pada perkembangannya, sebaliknya kita harus berhikmat dalam menghadapinya. Perlu ada keseimbangan antara penggunaan jejaring sosial dan menjaga keharmonisan keluarga. Berikut ini beberapa pedoman yang memungkinkan bagi keluarga/suami-istri untuk menikmati baik jejaring sosial dan waktu intim dengan keluarga:

1. Tetapkan batas pada kegiatan jejaring sosial dan beri contoh. Tetapkan aturan yang ketat saat menggunakan jejaring sosial, kapan boleh dilakukan dan dalam kondisi apa saja. Orangtua juga harus memberikan teladan bagi anak-anaknya dalam hal yang sama. Jika anak-anak melihat orangtuanya menghabiskan sebagian waktunya di situs jejaring sosial, maka jelas akan mendorong mereka untuk melakukan hal yang sama.

2. Mendidik diri sendiri. Kita harus mau belajar untuk mengerti perkembangan jejaring sosial/teknologi dunia maya yang ada dan tahu dasar-dasar tentang hal tersebut, sulit untuk melindungi anak-anak/pasangan jika kita tidak mengerti apapun tentang kegiatan mereka.

3. Manfaatkan jejaring sosial untuk memperat hubungan bukan menjauhkan. Tentunya ada manfaat positif yang bisa diperoleh dari jejaring sosial seperti kemudahan komunikasi, yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan keluarga/pasangan bukan sebaliknya, tapi ingat jangan pernah jadikan jejaring sosial sebagai cara interaksi utama.

4. Selalu sediakan waktu untuk interaksi nyata dengan keluarga/pasangan. Belajar untuk punya jadwal kegiatan bersama sebagai sebuah keluarga, tapi minus teknologi. Contoh yang sederhana seperti makan malam bersama, berjalan-jalan, membelai atau ngobrol secara terbuka tapi hindari penggunaan teknologi/jejaring sosial di saat-saat tersebut agar tidak merusak keintiman suasana. Orangtua-anak-anak atau suami-istri harus punya waktu interaksi dengan saling bertatap muka, membelai, memeluk yang tentunya tidak mungkin dilakukan saat menggunakan jejaring sosial.

5. Bangunlah kehidupan spiritual dalam keluarga anda. Orangtua wajib melaksanakan perintah yang diamanatkan Tuhan dalam Ulangan 6:4-9, dan jangan lupakan bahwa orangtua harus menjadi model bagi anak-anaknya. Jika anak-anak dididik menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. Kehidupan spiritual yang sedini dan sekuat mungkin bisa menjadi modal utama untuk mengatasi pengaruh negatif jejaring sosial.

Marilah kita belajar untuk memanfaatkan perkembangan jejaring sosial atau teknologi dunia maya secara positif, yaitu untuk lebih meningkatkan keharmonisan hubungan keluarga/pasangan bukan sebaliknya; karena ibarat sebuah pisau yang dapat dipakai untuk hal buruk maupun untuk hal yang baik, semua itu bukanlah tergantung pada si pisau melainkan pada orang yang menggunakannya.

Tuhan memberkati!

No comments:

Post a Comment